Hikmah Surga

Hikmah surga ini berisi sekilas tentang beberapa artikel ilmiah pribadi sebaagai wujud pengembangan diri dan aktualisasi diri pada bidang pendidikan

Minggu, 18 Januari 2009

Sejarah Al-Irsyad

PERHIMPUNAN AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH
Perhimpunan Al-Irsyad Al-Islamiyyah (Jam'iyat al-Islah wal Irsyad al-Islamiyyah) berdiri pada 6 September 1914 (15 Syawwal 1332 H). Tanggal itu mengacu pada pendirian Madrasah Al-Irsyad Al-Islamiyyah yang pertama, di Jakarta. Pengakuan hukumnya sendiri baru dikeluarkan pemerintah Kolonial Belanda pada 11 Agustus 1915.

Tokoh sentral pendirian Al-Irsyad adalah Al-'Alamah Syeikh Ahmad Surkati Al-Anshori, seorang ulama besar Mekkah yang berasal dari Sudan. Pada mulanya Syekh Surkati datang ke Indonesia atas permintaan perkumpulan Jami'at Khair -yang mayoritas anggota pengurusnya terdiri dari orang-orang Indonesia keturunan Arab golongan sayyid, dan berdiri pada 1905. Nama lengkapnya adalah SYEIKH AHMAD BIN MUHAMMAD ASSOORKATY AL-ANSHARY.

Al-Irsyad adalah organisasi Islam nasional. Syarat keanggotaannya, seperti tercantum dalam Anggaran Dasar Al-Irsyad adalah: "Warga negara Republik Indonesia yang beragama Islam yang sudah dewasa." Jadi tidak benar anggapan bahwa Al-Irsyad merupakan organisasi warga keturunan Arab.

Perhimpunan Al-Irsyad mempunyai sifat khusus, yaitu Perhimpunan yang berakidah Islamiyyah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, di bidang pendidikan, pengajaran, serta social dan dakwah bertingkat nasional. (AD, ps. 1 ayat 2).

Perhimpunan ini adalah perhimpunan mandiri yang sama sekali tidak mempunyai kaitan dengan organisasi politik apapun juga, serta tidak mengurusi masalah-masalah politik praktis (AD, ps. 1 ayat 3).

Syekh Ahmad Surkati tiba di Indonesia bersama dua kawannya: Syeikh Muhammad Tayyib al-Maghribi dan Syeikh Muhammad bin Abdulhamid al-Sudani. Di negeri barunya ini, Syeikh Ahmad menyebarkan ide-ide baru dalam lingkungan masyarakat Islam Indonesia. Syeikh Ahmad Surkati diangkat sebagai Penilik sekolah-sekolah yang dibuka Jami'at Khair di Jakarta dan Bogor.

***

Berkat kepemimpinan dan bimbingan Syekh Ahmad Surkati, dalam waktu satu tahun, sekolah-sekolah itu maju pesat. Namun Syekh Ahmad Surkati hanya bertahan tiga tahun di Jami'at Khair karena perbedaan paham yang cukup prinsipil dengan para penguasa Jami'at Khair, yang umumnya keturunan Arab sayyid (alawiyin).

Sekalipun Jami'at Khair tergolong organisasi yang memiliki cara dan fasilitas moderen, namun pandangan keagamaannya, khususnya yang menyangkut persamaan derajat, belum terserap baik. Ini nampak setelah para pemuka Jami'at Khair dengan kerasnya menentang fatwa Syekh Ahmad tentang kafaah (persamaan derajat).

Karena tak disukai lagi, Syekh Ahmad memutuskan mundur dari Jami'at Khair, pada 6 September 1914 (15 Syawwal 1332 H). Dan di hari itu juga Syekh Ahmad bersama beberapa sahabatnya mendirikan Madrasah Al-Irsyad Al-Islamiyyah, serta organisasi untuk menaunginya: Jam'iyat al-Islah wal-Irsyad al-Arabiyah (kemudian berganti nama menjadi Jam'iyat al-Islah wal-Irsyad al-Islamiyyah).

Setelah tiga tahun berdiri, Perhimpunan Al-Irsyad mulai membuka sekolah dan cabang-cabang organisasi di banyak kota di Pulau Jawa. Setiap cabang ditandai dengan berdirinya sekolah (madrasah). Cabang pertama di Tegal (Jawa Tengah) pada 1917, dimana madrasahnya dipimpin oleh murid Syekh Ahmad Surkati angkatan pertama, yaitu Abdullah bin Salim al-Attas. Kemudian diikuti dengan cabang-cabang Pekalongan, Cirebon, Bumiayu, Surabaya, dan kota-kota lainnya.

Al-Irsyad di masa-masa awal kelahirannya dikenal sebagai kelompok pembaharu Islam di Nusantara, bersama Muhammadiyah dan Persatuan Islam (Persis). Tiga tokoh utama organisasi ini: Ahmad Surkati, Ahmad Dahlan, dan Ahmad Hassan (A. Hassan), sering disebut sebagai "Trio Pembaharu Islam Indonesia." Mereka bertiga juga berkawan akrab. Malah menurut A. Hassan, sebetulnya dirinya dan Ahmad Dahlan adalah murid Syekh Ahmad Surkati, meski tak terikat jadwal pelajaran resmi.

Namun demikian, menurut sejarawan Belanda G.F. Pijper, yang benar-benar merupakan gerakan pembaharuan dalam pemikiran dan ada persamaannya dengan gerakan reformisme di Mesir adalah Gerakan Pembaharuan Al-Irsyad. Sedang Muhammadiyah, kata Pijper, sebetulnya timbul sebagai reaksi terhadap politik pemerintah Hindia Belanda pada waktu itu yang berusaha untuk menasranikan orang Indonesia.

Muhammadiyah lebih banyak peranannya pada pembangunan lembaga-lembaga pendidikan. Sedang Al-Irsyad, begitu lahir seketika terlibat dengan berbagai masalah diniyah. Ofensif Al-Irsyad kemudian telah menempatkannya sebagai pendobrak, hingga pembinaan organisasi agak tersendat. Al-Irsyad juga terlibat dalam permasalahan di kalangan keturunan Arab, hingga sampai dewasa ini ada salah paham bahwa Al-Irsyad merupakan organisasi para keturunan Arab.

***

Al-Irsyad juga berperan penting sebagai pemrakarsa Muktamar Islam I di Cirebon pada 1922, bersama Syarekat Islam dan Muhammadiyah. Sejak itu pula, Syekh Ahmad Surkati bersahabat dekat dengan H. Agus Salim dan H.O.S. Tjokroaminoto. Al-Irsyad juga aktif dalam pembentuan MIAI (Majlis Islam 'A'laa Indonesia) di zaman pendudukan Jepang, Badan Kongres Muslimin Indonesia (BKMI) dan lain-lain, sampai juga pada Masyumi, Badan Kontak Organisasi Islam (BKOI) dan Amal Muslimin.

Di tengah-tengah suasana Muktamar Islam di Cirebon, diadakan perdebatan antara Al-Irsyad dan Syarekat Islam Merah, dengan tema: "Dengan apa Indonesia ini bisa merdeka. Dengan Islamisme kah atau Komunisme?" Al-Irsyad diwakili oleh Syekh Ahmad Surkati, Umar Sulaiman Naji dan Abdullah Badjerei, sedang SI Merah diwakili Semaun, Hasan, dan Sanusi.

Selaku penganut paham Pan Islam, tentu Syekh Ahmad Surkati bertahan dengan Islamisme. Semaun berpendirian, hanya dengan komunisme lah Indonesia bisa merdeka. Dua jam perdebatan berlangsung, tidak ditemukan titik temu. Namun Syekh Ahmad Surkati ternyata menghargai positif pendirian Semaun. "Saya suka sekali orang ini, karena keyakinannya yang kokoh dan jujur bahwa hanya dengan komunisme lah tanah airnya dapat dimerdekakan!"

Peristiwa ini sekaligus membuktikan bahwa para pemimpin Al-Irsyad pada tahun 1922 sudah berbicara masalah kemerdekaan Indonesia!

***

Seperti yang diajarkan Muhammad Abduh di Mesir, Al-Irsyad mementingkan pelajaran Bahasa Arab sebagai alat utama untuk memahami Islam dri sumber-sumber pokoknya. Dalam sekolah-sekolah Al-Irsyad dikembangkan jalan pikiran anak-anak didik dengan menekankan pengertian dan daya kritik. Tekanan pendidikan diletakkan pada tauhid, fikih, dan sejarah.

Sejak didirikannya, Al-Irsyad Al-Islamiyyah bertujuan memurnikan tauhid, ibadah dan amaliyah Islam. Bergerak di bidang pendidikan dan dakwah. Untuk merealisir tujuan ini, Al-Irsyad sudah mendirikan ratusan sekolah formal dan lembaga pendidikan non-formal di seluruh Indonesia. Dan dalam perkembangannya kemudian, kegiatan Al-Irsyad juga merambah bidang kesehatan, dengan mendirikan beberapa rumah sakit. Yang terbesar saat ini adalah RSU Al-Irsyad di Surabaya dan RS Siti Khadijah di Pekalongan.

Tercatat banyak lulusan Al-Irsyad, baik dari kalangan keturunan Arab maupun non-Arab yang telah memainkan peran penting di berbagai bidang. Lulusan pribumi yang turut berperan penting dalam modernisme Islam di Indonesia antara lain:

Yunus Anis: Alumnus Al-Irsyad yang dikenal sebagai seorang pemimpin yang menonjol dari Gerakan Muhammadiyah. Ia mendapat kehormatan dijuluki "tulang punggung Muhammadiyah" karena pengabdiannya sebagai sekretaris jenderal di organisasi tersebut selama 25 tahun.

Prof. Dr. T.M. Hasby As-Shiddique: Putera asli Aceh, penulis terkenal dalam masalah hadist, tafsir, dan fikih Islam moderen. Guru besar di IAIN Yogyakarta ini bahkan pernah menjabat Rektor Universitas Al-Irsyad di Solo (sekarang sudah tutup)

Prof. Kahar Muzakkir: Berasal dari Yogyakarta. Lulus dari Madrasah Al-Irsyad, Kahar Muzakkir melanjutkan studinya di Dar al-Ulum di Kairo. Ia sangat aktif berjuang untuk kemerdekaan Indonesia dan termasuk penandatangan Piagam Jakarta 22 Juni 1945. Kemudian ia menjadi Rektor Universitas Islam Indonesia di Yogyakarta.

Muhammad Rasjidi: Menteri Agama Republik Indonesia yang pertama, berasal dari Yogyakarta. Ia pernah menjadi professor di McGill University di Montreal, Kanada, dan juga mengajar di Universitas Indonesia, Jakarta. Semasa hidupnya menulis banyak buku.

Prof. Farid Ma'ruf: Asli Yogyakarta, profesor di IAIN, yang juga salah satu tokoh besar Muhammadiyah di awal-awal berdirinya. Lulusan Madrasah Al-Irsyad ini sempat menjabat Direktur Jenderal Urusan Haji di Departemen Agama.

Al-Ustadz Umar Hubeis: Jabatan pertamanya adalah sebagai Direktur Madrasah Al-Irsyad Surabaya. Di waktu yang bersamaan ia aktif di Masyumi (Majelis Syura Muslimin Indonesia). Umar Hubeis bahkan pernah menjadi anggota DPR mewakili Masyumi. Ia juga menjadi professor di Universitas Airlangga, Surabaya. Semasa ia hidupnya beliau juga menulis beberapa buku, terutama fikih. Yang terkenal adalah Kitab FATAWA.

Said bin Abdullah bin Thalib al-Hamdani: Lulusan Al-Irsyad Pekalongan ini sangat menguasai fikih dan menjadi professor di Fakultas Syariah IAIN Yogyakarta. Ia juga menulis buku-buku fikih. Di kalangan cendekiawan dan intelektual Islam Indonesia, ia dijuluki Faqih Al-Irsyadiyin (cendekiawan terkemuka di bidang hokum Islam dari Al-Irsyad). Sayang kebanyakan bukunya yang umumnya ditulis dalam bahasa Arab, belum diterjemahkan.

Abdurrahman Baswedan: Pendiri Partai Arab Indonesia (PAI) dan aktifis Masyumi ini pernah menjadi Wakil Menteri Penerangan RI.

***

Namun perkembangan Al-Irsyad yang awalnya naik pesat, kemudian menurun drastic bersamaan dengan masuknya pasukan pendudukan Jepang ke Indonesia. Apalagi setelah Syekh Ahmad Surkati wafat pada 1943, dan revolusi fisik sejak 1945. Banyak sekolah Al-Irsyad hancur, diporak-porandakan Belanda karena menjadi markas laskar pejuang kemerdekaan. Sementara beberapa gedung milik Al-Irsyad yang dirampas Belanda, sekarang berpindah tangan, tanpa bisa diambil lagi oleh Al-Irsyad.

Sampai 1985, Al-Irsyad tinggal memiliki 14 cabang, yang seluruhnya berada di Jawa. Namun berkat kegigihan para aktifisnya yang sudah menyebar ke seluruh pelosok Nusantara, Al-Irsyad berkembang kembali, sejak 1986. Puluhan cabang baru berdiri. Dan kini tercatat sekitar 130 cabang, dari Sumatera ke Papua.

Di awal berdirinya di tahun 1914, Perhimpunan Al-Irsyad Al-Islamiyyah dipimpin oleh ketua umum Salim Awad Balweel.

Dalam Muktamar terakhir di Bandung (2000), yang dibuka Presiden Abdurrahman Wahid di Istana Negara pada 3 Juli 2000, terpilih Ir. H. Hisyam Thalib sebagai ketua umum baru, menggantikan H. Geys Amar SH yang telah menjabat posisi itu selama empat periode (1982-2000).

***

Perhimpunan Al-Irsyad Al-Islamiyyah memiliki empat organ aktif yang menggarap segmen anggota masing-masing. Yaitu Wanita Al-Irsyad, Pemuda Al-Irsyad, Puteri Al-Irsyad, dan Pelajar Al-Irsyad. Peran masing-masing organisasi yang tengah menuju otonomisasi ini (sesuai amanat Muktamar 2000), cukup besar bagi bangsa. Pemuda Al-Irsyad misalnya, ikut aktif menumpas pemberontakan G-30-S PKI bersama komponen bangsa lainnya. Sedang Pelajar Al-Irsyad termasuk salah satu eksponen 1966 yang ikut aktif melahirkan KAPPI (Kesatuan Aksi Pemuda dan Pelajar Indonesia).

Di luar empat badan otonom tersebut, Al-Irsyad Al-Islamiyyah memiliki majelis-majelis, yaitu Majelis Pendidikan & Pengajaran, Majelis Dakwah, Majelis Sosial dan Ekonomi, Majelis Awqaf dan Yayasan, dan Majelis Hubungan Luar Negeri. Di luar itu ada pula Lembaga Istisyariyah, yang beranggotakan tokoh-tokoh senior Al-Irsyad dan kalangan ahli).
Sumber: Website PP Al-Irsyad Al-Islamiyyah: www.alirsyad.org

Pemikiran Syurkati Tentang Pendidikan

Pemikiran Ahmad Surkati tentang Pendidikan
Nama lengkap Ahmad Surkati adalah Ahmad bin Muhammad Surkati al-Kharraj al-Anshari. Beliau lair pada tahun 1872 di Afdu Donggala Sudan. Berasal dari keluarga yang taat beragama. Mempunyai ayah yang konon masih ada hubungan dengan Jabir Abdullah al-Anshari, nama ayahnya adalah Muhammad. Masa kecil Amad surkati berada dalam keluarga yang taat beragama, sehingga secara tidak langsung ia mendapatkan dasar-dasar agama dari orang tuanya. Ia didik dengan cara Islami, Ia belajar agama, membaca, menulis, menghafal al-Quran.
Pendidikan dalam keluarga menjadi dasar dan membentuk kepribadian inteleknya untuk terus menempuh jalur keilmuan dalam hidupnya meskipun ayahnya telah meninggal, tetapi semangat itu tidak pernah runtuh dan pudar. Semangat untuk terus menuntut ilmu tumbuh dan mendekam dalam diri Ahmad Surkati berkat didikan dan teladan yang di berikan oleh ayahnya. Bahkan sejak kecil Ahmad Surkati sering di ajak yahanya ke forum-forum majlis ilmu. Pada usia 22 tahun Ahmad Surkati menunaikan ibadah haji, kemudian menetap di Madina selama 4 tahun.
Di madinah Amad Surkati belajar berbagai disiplin ilmu, seperti fiqh, tafsir, hadis. Setelah 4 tahun berlalau Ahmad Surkati pindah ke Mekah. Ahmad Surkati berada di mekah selama 11 tahun, Amad Surkati belajar kepada seorang guru yang bernama Yusuf al-khayyat.
Kutipan di atas memperjelas bahwa Ahmad Surkati adalah seorang penuntut ilmu sejati, pantang menyerah , tidak bosan dan mempunyai daya juang tinggi. Hal ini dapat di pahami dari kegigihan dan kesabaran Ahmad Surkati dalam menuntut ilmu, baik di Mekah maupun di Madinah, di sisi lain, waktu yang digunakan juga lama. Hal ini yang memungkinkan seorang Ahmad Surkati benasr-benar ,menjadi seorang pembelajar yang tanggu dan gigih. Sehingga prestasi demi prestasi diperolehnya.
Hal ini dapat dibuktikan dengan prestasi gemilangnya yang diperoleh pada tahun 1906, pada saat berumur 34 tahun, Ahmad Surkati telah memperoleh ijazah tertinggi guru agama dari pemerintah Istambul Turki, bahkan Ahmad Surkati menjadi pelajar pertama di Sudan yang memperoleh ijazah tersebut. Di Arab, Ahmad Surkati masuk empat besar
Sebagai pelajar berprestasi.
Berbagai prestasi tersebut, serta dalamnya ilmu yang dimiliki mengantarkan Ahmad Surkati pada tataran ulama besar. Ramayulis dan Samsul Nizar menyatakan bahwa Ahmad Surkati meniti karir sebagai guru dan ulama berawal ketika mulai mengajar di masjid haram al-Musyarafah. Tetapi hal itu tidak berlangsung lama, karena ia hijrah ke Indonesia untuk mengembangkan ilmunya. Di Indonesia Ahmad Surkati mendirikan lembaga pendidikan al-Irsyad, yang mempunyai prinsip gerakan sebagai berikut:
1. untuk mengukuhkan doktrin persatuan dengan membersihkan shalat dan doa dari kontaminasi unsur politheisme.
2. untuk mewujudkan kesetaraan di antara kaum muslim dan mencari dalil yang shahih dalam al-Quran dan sunnah serta mengikuti jalan yang benar untuk semua solusi masalah agama yang diperdebatkan.
3. untuk memerangi taqlid am (penerimaan membabi buta) yang bertentangan dengan dalil aqli dan naqli.
4. untuk mensyiarkan pengetahuan alam sesuai Islam dan menyebarkan kkebudayaan arab yang sesuai dengan ajaran Allah.
5. mencoba untuk menciptakan pemahaman dua arah antara dua muslim yaitu Indonesia dan Arab.
Inti dari prinsip-prinsip al-Irsyad adalah untuk menumbuhkan budaya ilmiah pada kalangan umat Islam, dengan merujuk kepada Al-Quran dan sunnah. Ketika budaya ilmia tumbuh subur dalam masyarakat Islam maka secara tidak langsung akan membentuk sebuah pola pikir yang berkarakter Islam dengan merujuk kepada al-Quran dan sunnah. Yang menarik dari pemikiran Ahmad Surkati adalah ketidak mauannya memaksakan budaya Arab kepada masyakat Indonesia, hal ini dibuktikan dengan prinsipnya untuk menciptakan sebuah pemahaman yang dapat diterima oleh dua komunitas Islam yaiitu Indonesia dengan Arab.
Kemudian konsep pengembangan yang dilakukan ole Ahmad Surkati pada alk-Irsyad adalah sebagai berikut:
1. Memperbaiki kondisi religius dan sosio ekonomi kaum muslim pada umumnya dan Arab pada khususnya dengan mendirikan madrasah, ruma piatu, panti asuhan dan rumah sakit.
2. Menyebarkan reformasi Islam di antara para muslim melalui tulisan dan publikasi, pertemuan, kuliah, kelompok studi dan misi tertentu.
3. Membantu organisasi lain demi kepentingan bersama.
Pengembangan al-Irsyad di atas, dapat dipahami sebagai sebuah terobosan baru di Indonesia terutama dalam hal pembaharuan masyarakat islam, Ahmad Surkati tidak saja mereformasi keadaan masyarakat, melarang sesuatu, tetapi juga memberi solusi cerdas, sehingga apa yang dilakukannya mendapat sambutan yang baik di kalangan masyarakat Islam.
Dari konsep pengembangan tersebut, mengindikasikan agama tidak dapat tegak secara sempurna, tanpa di dukung ekonomi yang mapan dan tingkat pendidikan yang memadai. Di sampin itu untuk mewujudkan keadaan tersebut perlu kerjasama dengan organisasi lain yang mempunyai visi dan misi yang sama. Peluang tersebut menjadi celah yang dimanfaatkan Ahmad Surkati dalam mengembangkan al-Irsyad.
Untuk mendukung perombakan dan reformasi penmdidikan Islam Indonesia, Ahmad Surkati mendirika pendidikan berjenjang, yaitu:
1. Madrasah Awaliyah berjenjang tiga tahun.
2. Madrasah Ibtidaiyah berjenjang empat tahun.
3. Madrasah Tajhiziyah berjenjang dua tahun.
4. Sekolah Tinggi yang dinamakan takhassus.
Adanya penjenjangan dalam institusi pendidikan yang dilakukan oleh Ahmad Surkati membuktikan keseriusannya dalam memgembangkan pengetahuan dan syiar Islam di Indonesia. Bahkan langkah kebijakan pendidikan berjenjang memberi keuntungan akan kesinambungan keilmuan para siswanya, di sisi lain, adanya pendidikan berjenjang yang di kelola oleh satu organisasi menjamin ketersambungan pemahaman dan pencapaian tujuan gerakan organisasi al-Irsyad.
Sebagai seorang ilmuwan Amad Surkati juga seorang penulis yang yang cukup poduktif di antara karyanya adalah:
1. Risalah Surat al-Jawab,berisi tentang alasan Ahmad Surkati dalam hal perkawinan , terutama kafaah.
2. Al-masail al-Thalaq, ditulis pada tahun 1925 membahas tentang pemurnian ajaran islam.
3. Al-Washiyyat al-Amiriyyah, ditulis pada tahun 1918, berisi tentang anjuran berbuat baik.
4. Zedeleer Uit Den Qoran, ditulis pada tahun 1932, membahas tentang akhlak.
5. Al-Khawatir al-Hhisan, berisi tentang sajak-sajak.
6. Al-Dakhirah al-Islamiyah, sebuah majalah yang diterbitkan oleh Amad Surkati pada tanggal 1 Muharram taun 1342 H. Majalah ini membahas tentang masalah keislaman dan pendidikan.
Pemikiran Pendidikan
Bentuk gerakan pembaharuan Ahmad Syurkati dibidang pendidikan diilhami oleh pembaharuan yang dilakuakn oleh Muhammad Abduh,”transformasi pendidikan dan pemurnian ajaran Islam dalam pengarauh praktek-praktek yang salah.”. dalam hal ini H.A.r. Gibb menyimpulakn bahwa Ahmad Syurkati menyerap pemikirean Muhammad Abduh dalam basis perjuangannya, yaitu:
1. Pemurnian Islam dari pengaruh dan kebiasaan yang merusak (the purification of Islam from corrupting influence and practices).
2. penyusunan kembali pendidikan tinggi bagi umat Islam (the reformation of muslim higher eduvation).
3. Mempertahankan Islam dari pengaruh Eropa dan serangan orang Nasrani (the defence of Islam againt European influence and Christian attack).
Ahmad Surkati mengatakan bahwa manusia adalah makhluk ciptaan yang sempurna dalam rangka mengemban tugas sebagai khalifah di muka bumi. Lebih lanjut Ahmad Surkati menyatakan bahwa kesempurnaan manusia tersebut perlu di berdayakan, pemberdayaan tersebut dapat dilakukan dengan pendidikan. Sebab dengan pendidikan potensi yang dimiliki oleh manusia dapat dimaksimalkan. Ahmad Surkati meyakini bahwa pendidikan dan pengajaran adalah kunci tercapai dan terciptanya kemajuan peradaban manusia.
Kutipan di atas dapat dipahami bahwa kesempurnaan manusia dapat lebih ditingkatkan dengan pendidikan. Pendidikan juga akan mampu menjamin kemajuan peradaban manusia, dengan catatan pendidikan yang dilakukan dengan pengajaran yang baik berdasarkan al-Quran dan sunnah. Kata-kata bijak Ahmad syurkati yang berisi tentang pendidikan adalah sebagai berikut:
1. Pengajaran merupakan dasar dan pokok kemajuan dan kemuliaandan kebersihan.
2. Bangsa yang mempunyai guru-guru mulia dan di letakkan pada posisi mulia, maka bangsa itu menjadi mulia.
3. Bangsa yang merendahkan / menghinakan guru-gurunya maka bangsa itu akan hina dan celaka.
4. Bangsa yang melalaikan urusan pendidikan / pengajaran maka genertasi muda / bangsa itu akan mengalami kehinaan dan kerendahan serta kehancuran.
Inti dari kata bijak Ahmad Syurkati di atas adalah perlunya manusia menyadari akan pentingnya pendidikan bagi kemajuan suatu bangsa, serat peradabannya. Sebaliknya bangsa yang tidak memperdulikan pendidikan akan mengalami kemunduran peradaban dan akhirnya hancur menjadi fosil-fosil peradaban.
Dalam pendidikan politik Ahmad Surkati mengatakan setidaknya ada delapan langkah konkrit yang hendaknya segera dilakukan oleh majelis koordinasi yang anggotanya terdiri dari Umat Islam, dan ketua yang terpilih langsung diangkat menjadi khalifah. Di antara delapan langkah tersebut adalah:
1. Menyusun petunjuk untuk mengangkat harkat dan martabat kaum muslimin.
2. Membentuk persataun dan kesatuan umat Islam diseluruh dunia dalam kerukunan yang terkoordinasi.
3. Membentuk kesatuan wawasan dalam kaitannya dengan mazhab dan aliran dalam islam.
4. Membentuk forum pembahasan dan musyawarah terhadap adanyaberbagai masalah keagamaan dan hasilnya dapatdijadikan tolok ukur yang dipercaya kebenarannya.
5. Membentuk pusat berkumpulnya paramufti dan qadhi (al-mafati al-murshidin wa al-qudat al-shar’iyah) dari seluruh penjuru dunia.
6. Memajukan bahasa Arab sebagai bahasa komunikasi internasional, di samping jugasebagai bahasa ilmiah.
7. membentuk usaha dakwah dengan pendekatan kasih sayang dan tolong menolong sehingga nilai-nilai agama fungsional terhadap kehidupan manusia.
8. Dewan coordinator umat islam mengangkat wakil-wakilnya di berbagai bangsa yang beragama Islam, dana di antara tugasnya adalah menyerap informasi darai umat Islam setempat.
Sistem Pendidikan
Ahmad Syurkati menyatakan bahwa sistem pendidikan hendaknya mencerminkan kebutuhan masyarakat. Dalam arti pendidikan hendaknya mampu mengakomodasi kebutuhan yang ada dalam masyarakat, pernaikan secara menyeluruh baiki jasmani dan rohani dan yang tidak kalah penting sistem pendidikan harus bersinergi dengan nilai-nilai ketuhanan dan kemanusiaan.
Dari kutipan di atas, dapat diambil pengertian bahwa pendidikan hendaknya tidak memisahkan diri dengan kebutuan masyarakat, pendidikan hendaknya menciptakan suasana yang mampu memberi kepuasan terhadap keinginan dan kebutuhan masyarakat sekitarnya, sehingga pendidikan mampu menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan kehidupan masyarakat. Hal itu dapat terwujud ketika pendidikan diarahkan dan dikembangkan sesuai kebutuhan masyarakat pada saat itu, serta disesuaikan dengan potensi geografis masyarakatnya. Perlu juga pendidikan mengkombinasikan nilai nilai ketuhanan dan kemanusiaan, sehingga ana semacam hubungan yang erat antara pendidikan dengan Tuhan dan manusia, dan pada akhirnya pendidikan akan memberi kepuasan bagi anak didik, guru, masyarakat dan bangsa.
Tujuan Pendidikan dan Kurikulum
Tujuan pendidikan menurut Ahmad Syurkati lebih mengacu kepada perlindungan terhadap manusia dari keterbelakangan dan keangkuhan diri sendiri, terutama dalam posisinya sebagai khalifah Allah di dunia ini. Kutipan tersebut mengindikasikan bahwa pendidikan mempunyai peranan penting dalam membantu individu keluar dari kungkungan kesengsaraan, kemunduran kualitas, kejatuhan nilai diri. Keterbelakangan dan keangkuhan diri, merasa diri mampu memecahkan permasalahan, tantangan dalam meniti dan mengemban kedudukan khalifah di bumi ini. Lebih lanjut tujuan pendidikan yang di kemukakan oleh Ahmad syurkati mengisyaratkan perlunya perhatian khusus terhadap permasalahan, problem, keadaan individu peserta didik, yang mengalamai berbagai macam perbedaan latar belakang, ekonomi, budaya, kemampuan, bakat dan potensi, maka dari itu perlindungan terhadap setiap individu peserta didik menjadi sangat penting demi tercapainya pribadi yang parupurna berdasarkan apa yang ada pada peserta didik.
Adanya perbedaan individu berakibat kepada berbagai kondisi pembelajaran, metode, pendekatan yang kesemua itu bermuara kepada tercapainya tujuan pendidikan yang terfokus kepada pengembangan konsep tauhid, seperti keyakinan pada kesendirian Allah dalam melaksanakan penciptaan, pemeliharaan dan penertiban alam ini, keyakinan akan kemandirian Allah akan kesempurnaan sifat-sifat-Nya, terakhir pendidikan hendaknya mengembangkan, memantapkan keyakinan peserta didik bahwa Allah adalah yang paling berhak untuk disembah, dan terlebih penting peserta didik mampu menghadirkan Tuhan dalam berbagai kativitas kesehariannya.
Ramayulis dan Samsul Nizar memahami dan menyimpulkan tujuan pendidikan Islam yang didefinisikan oleh Ahmad syurkati lebih tertuju kepada pengembangan konsep tauhid bagi manusia. Adanya pengembangan konsep tauhid tersebut diharapkan manusia akan:
1. Membaca ayat-ayat qauliyah yang terdapat dalam wahyu Allah.
2. Membaca ayat-ayat kauniyah yang terdapat di alam raya.
3. mengembangkan, memberdayakan, dan memelihara potensi alam sesuai dengan kehendak Allah.
Kesimpulan Ramayulis dan Samsul Nizar terhadap tujuan pendidikan yang didefinisikan oleh Ahmad syurkati di atas, menyiratkan bahwa sebenarnya pengembangan konsep tauhid dalam pendidikan akan memberi peluang kepada peserta didik untuk meneliti, observasi, dan berbagai uji coba terhadap berbagai penemuan dari hasil penelitian, atau mengadakan semacam pengembaraan intelektual dalam wadah institusi penelitian yang lebih terkonsep dan terorganisir.
Al-Irsyad menerapkan kurikiulum modern, dalam arati ada semacam kurikulum yang dibuat secara khusus. Materi dan kitab diusesuaikan berdasarkan dengan tingkat dan waktu lama belajar santri/siswa. Dalam operasionalnya keiagatan pembelajaran dilakukan secara sistematis, berurutan dimyuali darai awal/ pendahuluan pada setiap kitab yang akan dipelajari sampai kepada bab penutup. Demikikan juga dalam merujuk dan menggunakan kitab, biasanya dari kitab yag termudah, kemudian dilanjutkan kepada kitab yang dianggap paling sulit. Atau dari kitab yang tingkatannya rendah sampai kepada kitab yang tingkatan tinggi.
Materi pelajaran yang diajarakan adalah Bahasa Arab, Qawaid, nahwu, Sharf, Balaghah, bahasa Belanda, agama Islam dari al-Quran beserta tafsirnya, hadis dengan Musthalah hadisnya, ilmu hitung, ilmu bumi, ilmu ukur/handasah, ilmu mantiq, ilmu tarikh, dan ilmu tata buku. Konsep di atas terlihat bahwa kurikulum yang di susun oleh Ahmad Syurkati menunjukkan keahliannya dalam bidang kurikulum, kurikulum yang di susunnya memberi peluang bagi siswa untuk berkembang dan berkompetesi berdasarkan kemampaun dan bakat yang mereka miliki.
Tidak itu saja, selain mampu menerpakan konsep psikologi pendidikan dalam menyusun kurikulum Ahmsd Syurkati juga tidak membedakan dan mengelompokkan ilmu pengetahuan, ada kemungkinan Ahmad Syurkati menyadari bahwa semua ilmu adalah dari Allah, sehingga tidak ada dalam dirinya pikiran dan keyakinan pemisahan ilmu yang secara murni membahas bidang keagamaan dan ilmu yang secara khusus mempelajarai hal-hal bersifat keduniaan.
Dari konsep penyusunan kurikulum yang dilakukan oleh Ahmad Syurkati tersirat sebagai tokoh pendidikan yang tidak mengakui adanya dikotomi dalam ilmu pengetahuan, tidak meyakini adanya pemisahan ilmu umum dan ilmu agama. Maka sebenarnya tidak perlu adanya islamisasi ilmu pengetahuan.
Pendekatan dan metode
Pendekatan yang dilakukan oleh Ahmad Syurkati adalah:
9. memperhatikan muridnya, dari segi budi pekerti dan intelektual.
10. pemikiran yang mampu diterima oleh muridnya.
11. menggunakan pendekatan rasional dalam pembelajaran.
12. personal psikologis dan konseling dalam memahami minat, bakat dan kemampuan siswanya.
Metode yang digunakan oleh Ahmad Syurkati adalah diskusi, praktek, ceramah, keteladanan. Ahmad Surkati mengatakan bahwa untuk mendapatkan pemahaman dan pengertian yang luas dalam menafsirakan Al-Quran seorang mufassir hendaknya pertama, menguasai berbagai ilmu, ilmu agama Islam maupun ilmu-ilmu umum lainnya. Kedua, menggunakanpendekatan ma’thur yaitu memahami dan menafsirkan alQuran berdasarkan keterangan Al-quran dan hadis. Ketiga, pendekatan tauhid.
Kutipan di atas, dapat dipahami bahwa Ahmad Surkati adalah pakar pendidikan berbagai bidang beberapa disiplin ilmu. Hal ini dapat ditilik dari konsep-konsep yang lebih bersifat aplikatif dan berdaya guna.
Lembaga pendidikan
Ahmad Syurkati meyakini bahwa lembaga pendidikan adalah tempat yang penting bagi berlangsungnya proses pendidikan, menurutnya lembaga pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan proses pendidikan.
Dapat dipahami bahwa sebenarnya pendapat Ahmad Syurkati di atas menyiratkan sebuah konsep manajemen. Konsep manajemen dimaksud adalah kestabilan, profesionalitas dan kepemimpinan yang berkompeten dalam pengelolaan lembaga pendidikan akan mempunyai dampak yang baik bagi proses pendidikan. Hal ini sangat mungkin terjadi, dapat dikatakan dan diyakini bahwa lembaga pendidikan yang dikelola secara baik dan profesioanl akan berpengaruh baik terhadap proses pendidikan, sebaliknya pengelolaan lembaga pendidikan yang jelek dan tidak profesional akan berpengaruh buruk terhadap proses pembelajaran.
Ahmad Syurkati meyakini bahwa lembaga pendidikan menentukan keberhasilan pendidikan, lebih lanjut ia mengatakan bahwa lembaga pendidikan yang baik akan melambangkan kemajuan sebuah pendidikan, sebab dengan adanya lembaga pendidikan yang dikelola dengan baik akan mengarakan proses pendidikan terarah dan terprogfram secara jelas dan terorganisir.
Menurut Ahmad Syurkati lembaga pendidik mempunyai fungsi sebagai berikut:
1. Pengembangan dakwah Islam.
2. Agen pemersatu visi dan misi menuju kesemprnaan manusia.
3. Mengembangakan tradisi inteletual.
4. Menghadang pemisahan pemikiran bersifat keagamaan dan keduniaan.
Ahmad Syurkati mengatakan bahwa lembaga pendidikan akan berfungsi dengan baik dan dapat meningkatkan kualitasnya dengan jalan:
1. Membentuk penilik/semacam dewan pengawas pendidikan untuk melakukan inspeksi ke lembaga-lembaga pendidikan di daerah agar tidak terjadi penyelewengan dan kesalahan dalam pelaksaan proses pendidikan.
2. Pengawas pendidikan hendaknya membuat laporan dari iknspeksi yang telah dilakukan.
3. Lembaga pendidikan/ pengelola pendidikan hendaknya mengadakan pertemuan dalam membuatt prasarana pendidikan, kurikulum, maupun silabus.
4. Mengangkat pegawai perpustakaan.
5. Sekolah/ lembaga pendidikan hendaknya menyediakan buku-buku pelajaran/ buku khusus yang dapat dipinjamkan kepada siswa/ yang dapat dimanfaatkan oleh semua murid.
6. Mempunyai perpustakaan dengan koleksi yang lengkap.
7. Mempunyai media publikasi sendiri.
8. Mempunyai dewan komite sekolah yang anggotanya dari parktisi pendidikan dan masyarakat.
9. Kepala dibebaskan dari tugas mengajar agar fokus kepada tugasnya sebagai kepala sekolah.
10. Memperhatikan penduduk sekitar sekolah.
11. Membuat pendidikan kejuruan/ kealian sehingga siswa siap kerja dan mandiri.
12. Penyusunan kurikulum hendaknya memperhatikan kebutuhan masyarakat.
Dari kutipan di atas tergambar bahwa Ahmad Surkati terlahir sebagai manusia yang cerdas, terutama dalam menghasilkan konsep-konsep bersifat aplikatif. Sehingga pencerahan di kalangan umat Islam waktu itu. Konsep Ahmad Surkati tersebut merupakan konsep ideal sebuah institusi pendidikan. Kalau hal di atas dapat diwujudkan dengan baik maka institusi pendidikan akan lebih baik dan banyak peminat. Di sisi lain, kualitas akan makin baik dan terjamin.
Pendidik dan pembelajaran dua hal yang tidak dapat dipisahkan, karena keduanya merupakan satu kesatuan dalam dunia pendidikan, ketika seseorang telah melaksanakan proses pembelajaran maka ia dikatakan sebagai seorang pendidik. Begitu juga seseorang tidak dapat dikatakan sebagai pendidik kalau tidak pernah melakukan aktivitas pembelajaran/ mendidik. Begitu juga pembel;ajaran akan hancur jika pendidik tidak ahli/ profesional.
Ahmad Syurkati menyadari arti penting pembelajaran dan peran pendidik dalam pendidikan, maka berdasarkan hal itu memberikan kriteri tertentu kepada calon pendidik, yaitu, berakhlak mulia dan profesional.
Meskipun hanya dua kriteria, telah memenuhi dan layak untuk menjadi seorang pendidik. Karena akhlak yang baik menjadi modal dasar yang kuat bagi guru untuk menapaki jalan pendidikan. dengan akhlak yang baik akan mempermudah guru berinteraksi dengan siswanya. Sebaliknya guru yang tidak berakhlak pada dasarnya ia telah menapaki jalan kegagalan dalam dunia pendidikan. karena siswaakan makin jauh dari anak didik.

Senin, 16 Juni 2008

Lepas Artikel

Kriteria mati

Kematian: ainama takuunuu ydrikumul mautu walau kuntum fii buruujim mussyyadah : dimanapun kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu sekalipun kamu dalam benteng-benteng yang kuat dan tinggi. (anisa 78*

Ana tangis, layung-layung
Tangise wong wedi mati
Gedongana, kuncenana
Mangsa wurunga wong mati

Allohulladzii kholakoqum min do’fin jangala min ba’di dho’fin quwwatan tsumma jangala min ba’din quwwatin do’fan wasyaibatan : Allah, dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian menjadikan kamu susdah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian menjadikan kamu seduah kuat itu lemah kembali dan beruban (arrum 54).

Walaa talbisul haqqo bil bathili wataktumul haqqo wa antum ta’lamuun : dan janganlah kamu samarkan yang benar dengan yang salah danjanganlah sembunyikan kebenaran padahal kamu mengetahui (baqoroh 42)

Nan tua di pamulia
Nan samo gadang diharagokan
Nan kacia disayangi
Artinya yang tua dimuliakan, yang sesuai dihargai, yang kecil disayangi)
Dalam hadits: laisa minna man lam yuwaqqir kabiirona walam yarham shoghiirona : bukan termasuk golongan kami orang yangtidak menghormati orang-orang tua kami, dan tidak menyanyangi orang-orang yang kecil, diantara kami.
Serta:
Tantang mato indak dipisiangkan
Tantang dado indak dibusungkan
Tantang paruik indak dikampihkan
Artinya : tantang mata tidak dipincingkan, tentang dada tidak dibusungkan, tentang perut tidak dikempiskan.

thooha, maa anjala ngalaikal quraanaa litasqoo, illa tadkirotan liman yahsyaa, tanjiilam mimman kholqil ardho wassamaawatil ngulaa, arrohmaanu ngalalngarsyis tawaa, lahuu maa fissamaawaati wamaa fil ardhii wamaa bainahuma wamaa tahtaassaaroo, wain tajhar bil qouli fainnahuuya’lamussirro wa akhwaa, Allahuulaailaaha illa huwa lahuul asmaaul khusnaa.
Umar kemudian berkata: maa akhsanaa hadzaal kalaama wa akromaahuu : wahai alangkah indah kalimah ini dan alangkah mulianya.

Allohumma ayyidil islaama biiaabil hakaamibin hisyaam au bingumar bin khotoob : wahai Tuhanku: kuatkanlah islam dengan Abil Hikam(abu jahal) bin hisyam atau dengan umar bin khotob.

Perkataan AbuTholib
Walaqod ngalimtu bianna diina muhammad, min khoiri adyaanil bariyyatidiinaa
Laulamalaamaatu au hadzaaru masabbatin lau jad tanii samhan bidzaaka mubiinaa
Artinya memang aku tahu sesungguhnya agama muhammada itu sebaik-baik agama bagi umat manusia. Kalaulah tidak lantaran hendak menghindarkan cela dan maki orang banyak niscaya kan kau dapati aku memeluk agama itu dengan sepenuh hati.

Innal ardho yuriisuhaa ngibadiyasshoolihuun : sesungguhnya bumi itu hanya patut dan pantas untuk mewarisinya ialah mereka hambaku yang saleh (al-anbiya 105

Ayat asmaul husna
Huwallohulladzii laa ilaaha illa huwa ngaalimul ghoibi wasyahaadati, huwarrohmaanurrohiim, huwalladzii laa ilaaha illa huwa almalikul quddusussalaamul mu’miniinal muhaimiinul ngaziizul jabbarul mutakabbir, subhaanallohi ngamma yussrikuun, huwallohul khooliqul baariul mushowwiru lahul asmaaulkhusnaa, yasabbihu lahuu maa fiss samaawaati wal ardhi wahuwal ngaziizul hakiim

Afaroaitumull ma alladzii tasyrobuun. Aantum anjaltumuuhuu munal muzni am nahnul munziliin, lau nasyaau jangalnaahu ujaajaan falaulaa tasykuruun : sudahkan kamu perhatikan air yang kamu minumi apakah kamu yang menurunkannya dari mega, ataukah kami yang menurunkannya? Jika kami kehendaki niscaya kami jaikan dia asin maka kenapakah tidak kamu bersyukur?
Afaroaitumunnaarollatii tuuruuun, aantum ansya’tum syajarotahaa am nahnul munsyiuun : sedahkah kamu perhatikan api yang kamu nyalakan: apakah kamu yang menjadikan pohonnya ataukah kami yangmengadaknnya
afala yanduruuna ilal ibili kaifa khuliqot, wailassamaai kaifa rufi’at, wailal jibali kaifa nusibat, wailal ardi kaifa sutihat fadzakkir innama anta mudzakkir lasta ngalaihim bimushoitir : apakah mereka tidak mau memperhatikan unta itu bagaimana dijadikan, langit bagaimana ia dikembangkan tinggi, gunung-gunung bagaimana ia dipancangkan tegak, dan bagaimana bumi itu dibentangkan luas mendatar? Maka ingatlah karena engkau hanya seorang pemberi. Ingat bukanlah engkau seorang yang berkuasa atasmereka. (alqhosyiyah 17-22)

: Qul huwalladzii an syaa akum wajangala lakumuss sam’a wal abshoro wal afidzaata, qoliilam maa tasykuruun: katakanlah ya Muhammad, Dia Allah telah memberikan amanah dan memberikan pendengaran, mata dan hati kepadamu. Tapi sangat sedikit mereka yang bersyukur.
Hasan Al Bana Mati Ditembak
... yeikh Hasan Al-Bana dilahirkan pada tahun 1906, yang dibesarkan dalam keluarga Islam yang taat. Dengan asuhan secara Islam itulah maka ia boleh berkata: “Hanya Islamlah ayah kandungku.” Hal itu kerana rasa cintanya terhadap ajaran Islam, kerana ajaran itulah yang membentuk watak dan keperibadiannya.
Ayah kandungnya sendiri adalah Syeikh Ahmad Abdurrahman yang lebih terkenal dengan panggilan as-Sa’ati, atau si tukang jam.
Hasan Al-Bana hafal 30 Juz kitab suci Al-Quran, padahal umur beliau pada saat itu baru 20 tahun. Ketika umur yang sekian itu beliau berhasil menginsafkan Syeikh Abdul Wahab Jandrawy, Pemimpin (Syeikh) Al-Azhar University yang mempunyai pengaruh besar pada segenap lapisan masyarakat dan mempunyai hubungan yang akrab dengan berbagai pihak.
Namun Syeikh yang banyak ilmunya itu tidak mempunyai roh jihad membela rakyat dan Islam dari kezaliman Raja Farouk dan penjajah Inggeris. Kecuali Syeikh Jandrawy ini adalah seorang pemimpin Sufi yang mempunyai banyak pengikut setiap malam berzikir dan berselawat dengan nyanyian-nyanyian khusus ahli Thariqat, tetapi mereka tidak mengerti sama sekali bahawa mereka itu terkurung oleh suasana yang diliputi kejahilan dan kejumudan umat. Mereka jauh dari semangat dan keagungan Islam kerana suasana kemunduran umat yang membelenggu.
Pada tahun 1927, ketika Hasan Al-Bana baru berusia 21 tahun, beliau telah lulus dari Perguruan Darul Ulum Mesir, beliau terus mengajar di Ismailiyah. Di Ismailiyah beliau semakin mengerti suasana rakyat Mesir yang telah sempurna rosaknya. Amat nyata perbezaannya antara kehidupan bangsa Mesir yang menjadi pekerja kasar dengan rumah serta perkampungan yang buruk; dengan kehidupan orang-orang kulit putih yang menempati gedung-gedung megah dengan segala keangkuhannya. Kecuali kemiskinan dan kebodohan, rakyat juga banyak yang rosak moralnya kerana pengaruh kehidupan Barat yang sengaja direka oleh kaum penjajah untuk menghancurkan rakyat Mesir dari segi yang lain.
Dalam suasana yang demikian itulah Hasan Al-Bana mendirikan suatu jemaah yang dinamakan “Al-lkhwanul Muslimin” (Persaudaraan orang-orang Muslim) pada bulan Dzul Kaedah 1347 Hijrah (Mac 1928) yang bertujuan untuk mewujudkan cita-cita Sayid Jamaluddin Al-Afghani dan Muhammad Abduh. Semangat kedua beliau itulah sebagai rantai yang menyambung kepada cita yang diinginkan oleh Hasan Al-Bana beserta kawan kawannya di dalam membentuk organisasi tersebut.
Adapun khiththah gerakan lkhwanul Muslimin yang menuju cita yang diredhai Allah berdasarkan Al-Quran dan Sunnah Rasulullah SAW itu melalui tahapan yakni:
1. Membentuk peribadi Muslim
2. Membentuk rumahtangga dan keluarga Islam
3. Cara hidup kampung Islam
4. Menuju kepada negeri Islam
5. Menuju kepada pemerintahan Islam.
Gerak Ikhwanul Muslimin meliputi segala bidang dakwah, mulai pendidikan terhadap anak-anak, pelajaran Al-Quran bagi orang dewasa, pendidikan keluarga, bidang sosial walaupun nampaknya sederhana sekalipun, dari kampung-kampung sampai kepada Universiti di kampus-kampus, mulai artikel sampai penerbitan buku dan majalah-majalah, sampai kepada urusan politik dalam amar makruf nahi mungkar, dan sebagainya.
Sampai kepada Muktamar Ikhwanul Muslimin yang ketiga tahun 1934, tampak tokoh-tokoh intelektual dan para ulama terkenal yang menjadi anggota dan pendukung Ikhwan, seperti Syekh Thanthawi Jauhari, seorang ahli tafsir terkenal dan Guru Besar. Kemudian Sayid Quthub, Dr. Abdul Qadir Audah, seorang Hakim terkenal, dan juga Dr. Hasan Al-Hadlaiby, dan sebagainya.
Syeikh Hasan Al-Bana bersama kawan-kawannya tidak mampu berdiam diri menghadapi kekuasaan Raja Farouk yang telah tenggelam dalam kemabukan, rasuah, dan sewenang-wenang. Perbezaan pendapat, perselisihan, dan akhirnya pertentangan dengan penguasa yang aniaya dan dibantu oleh kekejaman penjajah Inggeris tidak dapat dihindarkan.
Tentu saja penyokong Kerajaan bekerja keras untuk dapat mengawasi gerak-geri para anggota Ikhwanul Muslimin. Kaum Imperialis Inggeris pula di dalam mencelakakan Ikhwanul Muslimin mempunyai peranan yang sangat besar.
Akhirnya pada pagi hari tanggal 13 Februari 1949 beliau memanggil puteranya. Kemudian beliau bercerita kepada puteranya itu bahawa semalam beliau bermimpi merasa dikunjungi Sayyidina Ali bin Abi Thalib. Ali bin Abi Thalib berkata kepada beliau: “Wahai Hasan, kamu telah menunaikan kewajipan, semoga amalmu diterima oleh Allah.”
Kemudian pada petang harinya, beliau meninggalkan rumah bersama kawan-kawan seperjuangan pergi menunaikan tugas. Tiba-tiba beliau di tembak oleh seorang anggota Polis kakitangan Raja Farouk, dan tersungkurlah beliau di tepi jalan Kairo, dan beliau menemui syahidnya setelah sampai di hospital.
Beliau meninggal dunia kerana ditembak di pinggir jalan raya, dan tidak diketahui siapa pembunuhnya. Bahkan pembunuhnya mendapat hadiah dari Raja Farouk.
Jenazah beliau hanya disolatkan oleh ayah beliau sebagai Imam dan anak lelaki beliau sebagai makmum. Hanya dua orang. Kerana di sekeliling rumah beliau dijaga ketat oleh askar negara untuk melarang siapapun masuk rumahnya memberikan penghormatan terakhir kepada beliau.
^ Kembali ke atas ^

Al Sayyid Quthub Dihukum Gantung
Tidak lama setelah penembakan terhadap Hasan Al-Bana, terjadilah penangkapan besar-besaran terhadap anggota Ihwanul Muslimin oleh regim Nasser, yang beliau waktu itu menjawat tugas Perdana Menteri dan Ketua Dewan Revolusi Mesir. Anggota Ikhwanul Muslimin yang ditangkap ketika itu sebanyak 10,000 (sepuluh ribu) anggota dan seluruhnya dimasukkan ke dalam penjara, termasuk mereka yang berjasa dalam perang melawan Inggeris di Suez.
Baru 20 hari sejak penangkapan besar-besaran itu, terdapat 1,000 orang tahanan anggota Ikhwanul Muslimin yang mati akibat seksaan dan penganiayaan. Dan 6 (enam) orang yang dijatuhi hukuman mati.
Di antara anggota-anggota Ikhwanul Muslimin yang ditahan dalam penjara itu adalah Hakim Dr. Abdul Qadir Audah, Muhammad Faraghali, dan Sayyid Quthub. Para tahanan itu tidak sedikit yang dijatuhi hukuman penjara antara 15 tahun sampai seumur hidup, dan juga hukuman mati, dan kerja paksa memotong dan memecah batu-batu di gunung-ganang. Mereka yang membangkang mogok tidak mahu kerja paksa kemudian ditembak. Pernah kejadian yang mogok itu ditembak sekaligus 22 orang dalam penjara mereka. Kejadian itu pada tahun 1977.
Adapun Sayyid Quthub, beliau pernah dihebahkan oleh pihak lnggeris, barangsiapa yang dapat menangkapnya akan mendapat hadiah 2000 Pound Sterling.
Sayyid Quthub ini lahir pada tahun 1903 di Musha, sebuah kota kecil di Asyut, Mesir. Beliau telah hafal Al-Quran 30 Juz sejak masih anak-anak, meraih gelaran sarjana dalam tahun 1933 dari Universitas Cairo, kemudian bekerja pada Kementerian Pendidikan. Kementerian Pendidikan kemudiannya mengirim beliau untuk belajar di Amerika Syarikat selama dua tahun.
Sepulang dari Amerika Syarikat beliau ke Inggeris, Swiss, dan Itali. Sepulangnya dari luar negeri beliau kemudian menyatakan keyakinannya bahawa Mesir harus membebaskan diri dari kebudayaan asing yang negatif dan merosak keperibadian Islam serta ketimuran itu.
Beliau adalah seorang penyair dan sasterawan yang hasil karyanya diperhatikan orang. Pada tahun 1946 beliau menulis buku berjudul “Al-’Adalatul Ijtima’iyah Fil Islam” (Keadilan Sosial Di Dalam Islam). Buku ini amat popular dan cemerlang sehingga menjadikan beliau termasyhur. Apalagi setelah buku ini diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, beliau benar-benar seorang tokoh yang berwawasan. Terutama buku ini sebagai jawapan dari sikap Nasser yang mengumandangkan Sosialisme Arab itu.
Sebenarnya Sayyid Quthub ditahan jauh sebelum peristiwa “Sandiwara Penentangan” terhadap Nasser pada tanggal 26 Oktober 1954, iaitu dua hari setelah Ikhwanul Muslimin dilarang oleh Nasser. Adapun kesalahan beliau yang paling banyak ialah kerana beliau mengarang dan menulis beberapa buku yang bersifat semangat Islam. Selain “Keadilan Sosial Dalam Islam,” juga buku “Mu’alimut Thar” (Tonggak-tonggak Jalan) yang isinya menolak kebudayaan jahiliyah moden dalam segala bentuk dan praktiknya.
Kekejaman terhadap para tahanan dan terhadap beliau dari penguasa mesir tak terkira. Melebihi Nazi Jerman.
Hal ini telah diungkapkan oleh para bekas tahanan yang kemudian selamat kembali kepada keluarga mereka. Mereka banyak berkisah tentang kekejaman penguasa zaman Raja Farouk mahupun oleh Pemerintah Nasser. Ramai para bekas tahanan itu yang bercerita sambil bercucuran air mata bila teringat kawan-kawannya yang mati diseksa dan dibantai di hadapan mata kepala mereka sendiri. Hukuman cambuk, cucian otak dengan alat-alat elektronik sehingga para korban menjadi hilang akal, dan sebagainya.
Bermacam-macam tuduhan yang dilontarkan. Tuduhan palsu, fitnah yang dibuat-buat, yang kesemuanya itu tidak ada kesempatan bagi para anggota Ikhwan untuk membela diri. Mereka tetap mengatakan Ikhwanul Muslimin salah, mengkhianati negara dan bangsa, dan sebagainya serta tuduhan-tuduhan yang tidak masuk akal.
Adik Sayyid Quthub yang bernama Muhammad Quthub meninggal dalam penjara. Dan Sayyid Quthub sendiri dibebaskan oleh penguasa pada tahun 1964 atas usaha Presiden lrak, Abdus Salam Aref almarhum. Selepas dari tahanan ini keluarlah buku beliau berjudul “Tonggak-tonggak Islam,” sehingga pada bulan Ogos 1965 beliau ditangkap dan ditahan lagi bersama 46,000 (empat puluh enam ribu) anggota Ikhwanul Muslimin.
Dalam pengadilan beliau berkata, “Aku tahu bahawa kali ini yang dikehendaki oleh pemerintah (Nasser) adalah kepalaku. Sama sekali aku tidak menyesali kematianku, sebaliknya aku berbahagia kerana mati demi cinta. Tinggal sejarah yang memutuskan, siapakah yang benar, Ikhwan ataukah regim ini.
Ketika beliau di mahkamah pada tahun 1954 juga berkata: “Apabila tuan-tuan menghendaki kepada saya, inilah aku dengan kepalaku di atas tapak tanganku sendiri!”
Pada bulan Ogos 1966 Mahkamah Tentera menjatuhkan hukuman gantung kepada tokoh Ikhwanul Muslimin termasuk beliau. Dengan sebuah senyum pada hari Isnin, di waktu fajar menyingsing tanggal 29 Ogos 1966, beliau meninggal dunia di tiang gantung sebagai jalan untuk menemui Allah!
Demikianlah hukum yang terjadi di dunia ini, yang benar belum tentu menang dan yang salah belum tentu kalah. Namun pada umumnya yang berkuasa itulah yang dibenar-benarkan, kerana pihak yang tidak mendapat kesempatan untuk berbicara kerana bukan penguasa, walau tidak kuasa berkata bahawa dirinya benar. Dan Nasser merasa dirinya di pihak yang benar sehingga Ikhwanul Muslimin dianggap sebagai pengkhianat bangsa dan negara. Padahal setiap Mesir ditimpa bahaya, penguasa selalu minta tolong kepada para anggota Ikhwanul Muslimin untuk tampil ke depan membela tanah air, tetapi setelah keadaan aman, Ikhwanul Muslimin dijauhkan dari kebenaran, diketepikan, dianggap sebagai organisasi yang najis dan ekstrim.
Demikianlah nasib para pejuang dalam membela kebenaran, bahawa risiko yang dihadapinya tidak sedikit dan bahkan sering membawa korban, diseksa, dianiaya dan demikian itulah cara Allah untuk mengetahui keimanan dan ketakwaan seseorang. Dengan demikian, jelaslah bahawa siapa saja yang tidak mahu berjuang untuk membela kebenaran adalah orang yang lemah mentalnya, dan akan mendapat seksa di akhirat nanti.
^ Kembali ke atas ^

Ibnu Taimiyah Dipenjarakan
Nama lengkap beliau adalah Taqiyuddin Abdul Abbas Ahmad bin Abdul Salam bin Abdullah bin Muhammad bin Taimiyah Al-Harrani Al-Hambali, yang lahir pada hari Isnin, 10 Rabiul Awwal 66l H. (22 Januari 1263 M) di Harran. Ayah beliau adalah seorang alim ahli agama, seorang besar dalam bidang agama Islam, iaitu Syihabuddin Abu Ahmad Halim Ibnu Taimiyah. Ayah beliau ini adalah seorang Imam Muhaqqiq yang banyak ilmunya, meninggal tahun 681H Neneknya adalah Syeikhul Islam, Majduddin Abul Barakat Abbas Salam Ibnu Taimiyah, seorang Hafiz Hadith yang ternama.
Kerana diburu oleh bangsa Monggol, maka ayah beliau pindah ke Damaskus dengan seluruh keluarganya. Di Damaskus itulah beliau mempelajari agama Islam, yang ternyata sebagai anak yang cerdas. Guru beliau antara lain adalah ulama besar yang bernama Zainuddin Abdul Daim Al-Mukaddasi, Najmuddin Ibnu Asakir, dan seorang ulama perempuan terkenal, Zainab binti Makki, dan sebagainya yang lebih dari seratus guru lagi banyaknya.
Beliau kuat ingatan, cepat hafal, lekas faham, dan tidak bosan membaca serta tidak pernah beristirehat di dalam menambah ilmu, juga dalam perjuangannya.
Setelah ayah beliau meninggal dunia, beliau menggantikan ayah beliau mengajarkan ilmu fiqh dalam mazhab Hambali dan dalam ilmu tafsir. Pada tahun 691H. (1292 M) beliau pergi haji, dan di Kota Makkah beliau bertemu dengan ramai ulama besar. Ramai ulama yang beliau tinggalkan namanya kerana salah dalam sesuatu debat dan pendapat di dalam masalah hukum.
Itulah Ibnu Taimiyah, ulama besar yang merengkuk dalam penjara Mesir. Baru saja beliau bebas dari penjara, kemudian ditangkap lagi dan dipenjarakan yang kedua kalinya selama setengah tahun lagi. Sebabnya kerana beliau menulis sebuah kitab yang isinya tentang masalah ketuhanan yang tidak disetujui oleh para ulama. Di dalam, penjara yang hanya setengah tahun itu beliau berhasil menginsafkan banduan yang merengkok bersama beliau sehingga semua yang insaf itu menjadi pendukung beliau dan menjadi pengikut yang setia. (Ada sumber yang mengatakan bahawa di penjara yang kedua ini selama satu setengah tahun lagi lamanya).
Adapun isi kitab yang menyebabkan beliau di penjara yang kedua itu adalah beliau menentang ajaran Tasawwuf Ittihadiyah yang menyatakan bahawa Allah boleh hulul (bertempat) dalam tubuh makhluk. Jelasnya kepercayaan hulul ialah kepercayaan bahawa Allah bersemayam dalam tubuh salah seorang yang memungkinkan untuk itu kerana kemurnian jiwanya atau kesucian rohnya. Adapun kepercayaan ittihad (Al-lttihad) ialah kepercayaan tentang Allah yang dapat bersatu dengan manusia. Apabila telah terjadi ittihad, maka orang yang bersangkutan tak sedar diri.
Hal ini mereka namakan makwu, atau sampai kepada tingkat lenyapnya zat yang fana dengan Zat Allah yang baqa. Kalau sudah sampai tingkat yang begini, maka segala yang diucapkan tidak terkena hukum syirik walaupun pada zahirnya syirik, kerana orang yang mengucapkan itu sedang dalam keadaan sukar atau mabuk kepayang. Di antara kaum sufi dan Guru Thariqat mempercayai melancarkan faham ini adalah Umar Ibnul Faridh dan Ibnu ‘Ath’allal.
Itulah faham sesat yang beliau tentang, tetapi beliau bahkan di penjara selama satu setengah tahun di Syam.
Baru beberapa hari keluar dari penjara yang kedua, ia ditangkap lagi dan dipenjarakan selama lapan bulan lamanya di Aleksandria, kerana fatwa beliau pula yang tidak sesuai dengan faham para ulama.
Keluar dari penjara Aleksandria, beliau dipanggil oleh Sultan Nashir Qalaun untuk memberikan fatwa di muka umum. Sebabnya sampai sikap sultan demikian ialah kerana sultan senang terhadap sifat terus-terang beliau. Beliau bersedia memberikan fatwa atau ceramah di muka umum, dan ternyata fatwa beliau itu menggemparkan para ulama yang bermazhab Syafi’e, namun beliau tetap dikasihi oleh Sultan. Bahkan beliau mendapat tawaran menjadi professor pada sebuah Sekolah Tinggi yang didirikan oleh Putera Mahkota.
Dalam tahun 1313 beliau diminta untuk memimpin peperangan lagi ke Syiria. Beliau diangkat menjadi professor lagi dalam sebuah Sekolah Tinggi, tetapi pada bulan Ogos 1318 beliau dilarang mengeluarkan fatwa oleh Penguasa, padahal fatwa-fatwa beliau itu diperlukan umat saat itu. Dengan diam-diam para murid beliau mengumpulkan fatwa-fatwa beliau yang cemerlang itu dan berhasil dibukukan, kemudian dicetak, yang bernama “Fatwa Ibnu Taimiyah” Alangkah sedih hati rakyat yang ternyata masih ramai yang mencintai beliau.
Mereka tetap mendatangi beliau minta fatwa-fatwa, terlebih lagi rakyat baru lepas rindunya terhadap beliau yang baru pulang ke Kota Damsyik yang beliau tinggalkan selama lebih dari tujuh tahun, dalam waktu itu beliau hidup dari penjara ke penjara.
Beberapa waktu kemudian beliau ditangkap lagi dan dipenjarakan yang keempat kalinya selama lima bulan lapan hari.
Demikianlah hidup beliau, dari penjara ke penjara. Semua perkara yang dijadikan masalah telah beliau keluarkan fatwanya. Soal talak tiga di dalam satu majlis hanya satu yang jatuh, tentang beliau melarang berziarah ke Masjid atas kubur keramat kecuali Masjid Haram di Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah dan Baitul Muqaddis di Jerusalem. Juga sekitar masalah keTuhanan dan memurnikan ajaran Islam, mengamalkan ibadah yang murni menurut faham yang terdahulu, iaitu faham salaf. Juga masalah syirik dan bid’ah yang membahayakan akidah Islam beliau tentang, agar Islam kembali kepada kemurniannya seperti zaman salaf.
Yang terakhir beliau ditangkap lagi atas perintah Sultan dalam bulan Sya’ban 726 H. (Julai 1326 M) dan kemudian dipenjarakan yang kelima kalinya selama 20 bulan. Kali ini kamar tahanannya amat sempit dan bertembok tebal. Dalam kamar tahanannya itu beliau tetap menulis, kerana menulis itu yang membawa kebahagiaan bagi beliau. Beliau dilarang berfatwa kemudian menulis, bahkan isi tulisannya sangat bagus.
Maka walaupun beliau hidup dalam lingkungan tembok penjara yang tebal, tetapi hati beliau tidak sedih dan tidak pula gundah. Dalam penjara inilah beliau berkata yang kemudian terkenal sampai sekarang, iaitu: “Orang yang terpenjara ialah yang dipenjara syaitan, orang yang terkurung ialah orang yang dikurung syaitan. Dan dipenjara yang sebenarnya ialah yang dipenjarakan hawa nafsunya. Bila orang-orang yang memenjarakan saya ini tahu bahawa saya dalam penjara ini merasa bahagia dan merasa merdeka, maka merekapun akan dengki atas kemerdekaan saya ini, dan akhirnya mereka tentulah mengeluarkan saya dari penjara ini.”
Setelah petugas tahu bahawa beliau dalam penjara terus menulis, maka semua kitab dan alat-alat tulis beliau dirampas dan dikeluarkan dari kamar penjara. Itulah hukuman yang paling kejam bagi beliau. Keadaan ini beliau terima dengan hati sedih dan bercucuran air mata.
Dalam penjara terakhir ini beliau bersama dengan para murid beliau yang juga dimasukkan dalam tahanan. Namun semua pengikut beliau yang ditahan itu telah dibebaskan, kecuali seorang murid beliau yang paling setia yang masih menyertai beliau dalam penjara, iaitu Ibnul Qayyim Al-Jauziyah (691-751H).
Setelah tidak boleh menulis lagi, beliau pun mengambil kitab suci Al-Quran yang tidak ikut dirampas. Beliau baca Al-Quran itu sampai penat, kemudian berzikir dan solat, membaca Al-Quran lagi bertilawat, kemudian solat dan berzikir. Demikianlah yang beliau kerjakan, sehingga sejak beliau tidak boleh menulis telah menamatkan (mengkhatamkan) membaca Al-Quran 80 (lapan puluh kali).
Dan ketika beliau membaca akan masuk ke 81 kalinya, tetapi ketika sampai kepada ayat yang ertinya,” ... Sesungguhnya orang yang muttaqin itu akan duduk di dalam syurga dan sungai-sungai yang mengalir di bawahnya, di dalam kedudukan yang benar, pada sisi Tuhan Allah Yang Maha Kuasa.” Beliau pun tidak dapat meneruskan bacaannya lagi, kerana jatuh sakit selama 20 hari.
Saat itu beliau telah berusia 67 tahun, dan telah merengkuk dalam penjara yang terakhir itu selama lebih dari 20 bulan lamanya, dan ketika itu sakit beliau semakin bertambah. Orang ramai tidak mengetahui bahawa beliau dalam keadaan sakit, kerana yang mengurus diri beliau hanyalah Ibnul Qayyim Al-Jauziyah muridnya yang setia. Baru setelah muadzin berseru dari atas menara bahawa beliau telah pulang ke rahmatullah, berduyun-duyun orang mengerumuni gerbang penjara.
Ramai orang yang terisak menangis dan meratapi kematian beliau. Juga ramai orang yang ingin mengambil berkah dari hanya melihat wajah beliau, memegang jenazah beliau dan bahkan ada yang mencium beliau.
Beliau meninggal dunia hari Isnin, 20 Zul Kaedah 728 H. (26-28 September 1328 M), dalam usia 67 tahun, setelah sakit dalam penjara lebih dari 20 hari. Beliau menghembuskan nafas yang terakhir di atas tikar solatnya, sedang dalam keadaan membaca Al-Quran.
Walaupun begitu beliau seorang yang banyak dibenci terutama oleh mereka yang bermazhab Syafi’e, tetapi jenazah beliau diiringkan ke pusara oleh 200,000 orang lelaki dan 15,000 orang wanita.
Demikianlah akibat yang dialami oleh beliau dalam memperjuangkan kebenaran, demi tegaknya agama Islam di atas dunia.

Gara-gara

Perkara Lacut
Zaman genah keliwat-liwat
Insan akeh geleme maksiyat
Ora kembang ora tomat
ora mlarat ora nekat
ora rakyat ora pejabat
ora santri dadi bejat
huooho wolak walike zaman tolee-tolee he heeh
akeh nyulayani syahadat.
Pithik kluruk wektu sore
Prawan kebobolan jerene
Cendhol campure klapa
Wetheng jendhol ora due bapa ho ho
Gotak gatuke urip manungso
Wedhang kopi wedhang jae
Sregep ngaji sregep ngibadahe
Meja kayu albiso
Ayo podho pasrah podo rumongso, podho puaso ojo suloyo

Zaman-zaman kolo bendu
Akeh bocah tambah kemayu
Kathoke levis kaose lunyu
Dibukak ning ngisur glugu
Payu sewu baline lemu
Wong tua gethun ora nggugu
Banjure ngguya ngguyu.

Zaman Tua
Zaman tua akeh manungso duroko
Mumpung no ndunyo ayo podo sregep waspodo
Ngelingana ning dunyo mung sawetoro
Akeh manungso do ninggal tuntunan agomo
Senengane malah do tumindak dosa nyatane
Gawe dosa saben dina ora kroso.

Zaman Maju
Zaman majuu
akeh wong do laku kleruu
Ninggalno tuntunan nuruti senenge atii
Ono ndunyo ati-ati lan waspodo










Lailatul Qodhar

LAILATUL QODHAR

Jika dilihat dari sisi definisi, lailatul qadhar memiliki pengertian secara etimologi yang merupakan padanan kata “al-lail dan “al-qhadar”. Semua kamus serta pendapat ahli nahwu sepakat bahwa kata al-lail artinya malam, tetapi pada kata al-qadar banyak sekali perbedaan arti yang menunjukan maksud dari kata al-qadar ini. Al-qadar adalah jenis kata mustarak yaitu kata yang menunjukan manyak makna.
Al-maraghi dalam tafsirnya secara mufradat (kebahasaan) menafsirkan kata al-qadar dengan keagungan dan kemuliaan. Jadi lailatul qadar adalah malam keagungan dan malam kemuliaan. Asumsi yang dipakainya adalah bahwa pada malam tersebut adalah malam dimana al-qur’an diturunkan dari lauhil mahfudh ke samaa’id dunnya, yang secara berangsur-angsur selama 22 tahun lebih diturunkan kepada nabi Muhammad saw. Oleh malaikat jibril pembawa wahyu.
Al-bagdadi menyebutkan bahwa kata al-qadar merupakan pemberitahuan dari Allah keapda para malaikat tentang ketetapannya. Oleh akrena itu lailatul qodar merupakan malam dikeluarkannya ketetapan Allah tentang turunnya Al-qur’an
Menurut hamka, al-qadar artinya penentuan, lailatul qadar adalah malam penentuan, yaitu malam yang menjadi penentu awal mula kelahiran islam yang ditandai dengan diturunkannya wahyu yang pertama digua hiro.
Maulana muhhammad ali menyebutkan bahwa kata al-qadar ini artinya ukuran jadi lailatul qadar adalah malam ukuran, yaitu malam yang menjadi moment yang menentukan batas risalah islam yang diturunkan kepada Muhammad Saw.
Secara terminology lailatul qadar sebagaimana al-qurtubi memandangnya sebagai lailatul hukmi.menurutnyalailatul qadar adalah lailatul hokum yang berarti malam penetapan. Oleh karena Allah SWT menetapkan pada waktu itu apa yang dikehendakinya untuk dilaksanakan. Ketetapan itu berupa ajal rezeki, bahagia, celaka dan sebagainya kepada para malaikat sebagai pelaksana ketetapan tersebut.
Menurut Umar Syihab lailatul Qadar diartikan sebagai malam kemuliaan, disebabkan:
1. sebagian dari kata al-qadar itu berarti kemuliaan.
2. pada malam itu malaikat jibril menampakan diri kepada nabi Muhammad saw digua hiro.
3. mulai malam itu perikemanusiaan mendapatkan kemuliaan dengan dikeluarkannya nur (cahaya) dari dzulumat (kegelapan).
Lebih lanjut umar syihab menambahkan bahwa lailatul qadar dapat diartikan sebagai malam ketetapan dengan alas an:
1. pada malam itu ditentukan hithah (langkah) yang akan ditempuh oleh nabi Muhammad saw dalam rangka memberikan petunjuk bagi manusia.
2. pada malam itu juga ditentukan garis pemisah antara kafir dan iman, syirik dan tauhid serta islam dan non islam.
3. kata lailatul qadar sendiri diambil dari al-quran surat al-qadar ayat 1 sesungguhnya kami telah menurunkannya pada malam keagungan. Kalau dicermati ternyata dalam al-qur’an sendiri lailatul qodhar sendiri disebutkan sebagai lailatul Mubarak. Disamping itu banyak juga hadis-hadis nabi yang menerangkan tentang lailatul qadar ini.
Apabila dilihat dari berbagai pendapat ulama seputar lailatul qadar dan berbagai keterangan yang ada baik dalam bentuk perkataan, perbuatan serta taqriri yang lazimnya dilakukan oleh baginda nabi, kelihatannay bahwa lailatul qadar ini fungsinya memberikan motivasi kepada kaum muslimin agar dapat memperbanyak amalan ibadah khususnya dimalam-malam bulan ramadhan.
Disamping itu secara pasti lailatul qadar di rahasiakan eksistensinya. Jadi tidak ada penetapaan yang secara pasti mengenai saat yang pasti adanya lailatul qadar. Dengan demikian konsentrasi ibadah dimalam bulan ramadhan itu terfokuskan pada satu malam saja, sedangkan malam-malam yang lainnya diabaikan. Setiap malam bulan ramadhan stu selalu diisi dengan ibadah-ibadah kepada Allah terlepas dari pahala yang diberikan oleh Allah kepada hamba yang melakukan perbuatan baik karena persoalan pahala itu adalah mutlak merupakan hak prerogative Allah. Manusia hanya bisa memohon kepadanya dengan melaksanakn segala perintahnya dan menjauhi larangannya. Sementara lailatul qadar identik dengan akir bulan ramadhan sepertinya mengandung motivasi agar umat islam tidak ahany diawal bulan ramadhan saja giat beribadah tetapi terus sampai akhir dan tamatnya bulan tsb.



































Konsep air hujan (almukminun ayat 18)
Permukaan bumi 70%-nya adalah air sedangkan daratan hanya 30%. Mengapa Allah menciptakannya justru 2 kali lipat dari pada daratan? Tentu ada hikmahnya. Lautan yang luas bukanlah air yang netral akan tetapi air yang penuh dengan garam dan mineral.rasanya asin dan pahit.namun hanya air yang bersih yang naik ke langit yang menghujani manusia dan buminya. Laut sebagai persediaan hujan, jika lautny sempit maka tidak bisa turun hujan.
selain itu Allah mampu menjadikan laut itu netral dan tidak berasa asin. Akan tetapi keasinan laut memiliki fungsi yang luar biasa bagi kemaslahatan manusia, yaitu utk memaksimalkan fungsinya sebagai alat alat angku dan transportasi mns. Selain itu air laut menetralkan air sungai kotor yang membuang kotorannya kelaut. Dan kandungan garamnya yang tinggi membuat berat jenis air laut lebih tinggi dari air biasa. Akhirnya kapal yang besar dan berat tidak mampu tenggelam(yassin 41-43).
Air dibumi juga berfungsi untuk menstabilkan suhu udara di permukaan bumi karena sifatnya yang menyerap panas lebih besar dari pada daratan.

Neraka

Luasnya Neraka


Yazid Arraqqasyi dari Anas bin Malik ra. berkata: Jibril datang kepada Nabi saw pada waktu yg ia tidak biasa datang dalam keadaan berubah mukanya, maka ditanya oleh nabi s.a.w.: "Mengapa aku melihat kau berubah muka?" Jawabnya: "Ya Muhammad, aku datang kepadamu di saat Allah menyuruh supaya dikobarkan penyalaan api neraka, maka tidak layak bagi orang yg mengetahui bahwa neraka Jahannam itu benar, dan siksa kubur itu benar, dan siksa Allah itu terbesar untuk bersuka-suka sebelum ia merasa aman dari padanya."Lalu nabi s.a.w. bersabda: "Ya Jibril, jelaskan padaku sifat Jahannam." Jawabnya: "Ya. Ketika Allah menjadikan Jahannam, maka dinyalakan selama seribu tahun, sehingga merah, kemudian dilanjutkan seribu tahun sehingga putih, kemudian seribu tahun sehingga hitam, maka ia hitam gelap, tidak pernah padam nyala dan baranya. Demi Allah yg mengutus engkau dengan hak, andaikan terbuka sebesar lubang jarum niscaya akan dapat membakar penduduk dunia semuanya kerana panasnya.Demi Allah yg mengutus engkau dengan hak, andaikan satu baju ahli neraka itu digantung di antara langit dan bumi niscaya akan mati penduduk bumi kerana panas dan basinya. Demi Allah yg mengutus engkau dengan hak, andaikan satu pergelangan dari rantai yg disebut dalam Al-Qur'an itu diletakkan di atas bukit, niscaya akan cair sampai ke bawah bumi yg ke tujuh.Demi Allah yg mengutus engkau dengan hak, andaikan seorang di ujung barat tersiksa, niscaya akan terbakar orang-orang yang di ujung timur kerana sangat panasnya, Jahannam itu sangat dalam dan perhiasannya besi, dan minumannya air panas campur nanah, dan pakaiannya potongan-potongan api. Api neraka itu ada tujuh pintu, tiap-tiap pintu ada bagiannya yang tertentu dari orang laki-laki dan perempuan."Nabi s.a.w. bertanya: "Apakah pintu-pintunya bagaikan pintu-pintu rumah kami?" Jawabnya: "Tidak, tetapi selalu terbuka, setengahnya di bawah dari lainnya, dari pintu ke pintu jarak perjalanan 70,000 tahun, tiap pintu lebih panas dari yang lain 70 kali ganda." (nota kefahaman: yaitu yg lebih bawah lebih panas)Tanya Rasulullah s.a.w.: "Siapakah penduduk masing-masing pintu?" Jawab Jibril:"Pintu yg terbawah untuk orang-orang munafik, dan orang-orang yg kafir setelah diturunkan hidangan mukjizat nabi Isa a.s. serta keluarga Fir'aun sedang namanya Al-Hawiyah.Pintu kedua tempat orang-orang musyrikin bernama Jahim,Pintu ketiga tempat orang shobi'in bernama Saqar.Pintu ke empat tempat Iblis dan pengikutnya dari kaum majusi bernama Ladha,Pintu kelima orang yahudi bernama Huthomah.Pintu ke enam tempat orang nasara bernama Sa'eir."Kemudian Jibril diam segan pada Rasulullah s.a.w. sehingga ditanya: "Mengapa tidak kau terangkan penduduk pintu ke tujuh?" Jawabnya: "Di dalamnya orang-orang yg berdosa besar dari ummatmu yg sampai mati belum sempat bertaubat."Maka nabi s.a.w. jatuh pingsan ketika mendengar keterangan itu, sehingga Jibril meletakkan kepala nabi s.a.w. di pangkuannya sehingga sadar kembali dan sesudah sadar nabi saw bersabda: "Ya Jibril, sungguh besar kerisauanku dan sangat sedihku, apakah ada seorang dari ummat ku yang akan masuk ke dalam neraka?" Jawabnya: "Ya, yaitu orang yg berdosa besar dari ummatmu."Kemudian nabi s.a.w. menangis, Jibril juga menangis, kemudian nabi s.a.w. masuk ke dalam rumahnya dan tidak keluar kecuali untuk sembahyang kemudian kembali dan tidak berbicara dengan orang dan bila sembahyang selalu menangis dan minta kepada Allah.(dipetik dari kitab "Peringatan Bagi Yg Lalai")Dari Hadits Qudsi: Bagaimana kamu masih boleh melakukan maksiat sedangkan kamu tak dapat bertahan dengan panasnya terik matahari Ku. Tahukah kamu bahwa neraka jahanamKu itu:1. Neraka Jahanam itu mempunyai 7 tingkat2. Setiap tingkat mempunyai 70,000 daerah3. Setiap daerah mempunyai 70,000 kampung4. Setiap kampung mempunyai 70,000 rumah5. Setiap rumah mempunyai 70,000 bilik6. Setiap bilik mempunyai 70,000 kotak7. Setiap kotak mempunyai 70,000 batang pokok zarqum8. Di bawah setiap pokok zarqum mempunyai 70,000 ekor ular9. Di dalam mulut setiap ular yang panjang 70 hasta mengandung lautan racun yang hitam pekat.10. Juga di bawah setiap pokok zarqum mempunyai 70,000 rantai11. Setiap rantai diseret oleh 70,000 malaikatMudah-mudahan dapat menimbulkan keinsafan kepada kita semua.Wallahua'lam.

Inovasi & Ijtihad Mahasiswa

Inovasi dan Ijtihad Mahasiswa
Semacam sebuah masalah antara keraguan dan keyakinan dengan beragam argumentasi yang dikemukakan tentang keberadaan ijtihad yang masih menjadi polemik di berbagai kalangan di zaman modern. Karena adanya ijtihad sempat menjadikan orang konflik, bercerai bahkan sampai pertikaian yang semestinya tidak terjadi. Dengan masalah itu pihak akademisi, agamawan bahkan politisi pun sempat terciutkan ketika dihadapkan pada persoalan masalah ini.Dengan ijtihad pula yang pernah dianggap orang dapat membuat manusia (terutama umat Islam) stagnan bahkan mundur beberapa langkah dan dianggap maju oleh sebagiannya.Sungguh mereka telah terbingungkan dengan sendirinya ketika menjawab beberapa rentetan pertanyaan dengan berbagai dalih dan bertanya bertubi-tubi. Terserah orang akan membulatkan masalah itu menjadi kerucut atau persegi tiga. Jelasnya, permasalahan itu akan terlihat tanpa mengandalkan orang lain dan diri sendirilah yang akan menjawabnya.Namun, masalah itu dapat diketahui dan dicarikan solusinya apabila setiap orang mau meneropong dan membermaknai suatu pertanyaan yang kiranya tepat hendak diajukan minimal untuk diri sendiri guna tercapainya suatu kesepakatan.Dari siapa kita dapat membaca dan menulis selain oleh dan atau dari orang tua? Dari mana asal-usulnya kita tahu tentang “i-en-i-ni -ini”, “i-en-u-tu -itu”menjadi ini dan itu, menjadi sastrawan atau seorang cendikiawan, ejaan Arab “aba ta tsa”, atau “alif fathah taen an, alif kasrah tain in, alif dhamah taen un” -”an-in-un” menjadi ahli kritik agama atau bergelar ulama. Pertanyaan itu sebenarnya memang diakui gampang dijawab. Tapi, entah kenapa memang susah untuk menghayatinya apalagi sampai mengamalkannya atau hanya berpura-pura saja? Apakah tidak yakin dengan yang didapatkan atau setelah tahu ini dan itu kemudian ragu? Kenapa tidak ragu saja dari awal kemudian mengerti?Terkadang kita mendadak menjadi lugu seperti kucing yang kedinginan tersiram air hujan. Bahkan tidak jarang kucing itu lari terbirit-birit dan kocar-kacir menghindar seperti melihat sapu lidi tatkala seseorang mendapatkan pertanyaan seperti itu.Memang Islam bisa ditampilkan dengan sosok wajah yang tidak bisa diduga-duga sebagaimana kedatangaannya yang asing, Islam bisa dikritik sebagai hal yang sakral (the sacred) dan bisa sebagai pengkritik sebagai hal yang profan, Islam bisa sebagai ilmu dan ilmu bisa sebagai Islam. Islam bisa saja bergandengan, berbaur, bersenyawa bahkan merangkul dengan yang lain (seperti ajaran-ajaran agama atau kepercayaan-kepercayaan lain). Sebenarnya itu bukan suatu permasalahan yang krusial, tapi yang menjadi permasalahan di sini adalah seringkali Islam “diselingkuhkan” dengan Islam.Kalaulah pengaruh ortodok dalam Islam dengan Islam pembaharuan saling mengadakan benturan argumen mungkin itu hanya mencari titik temu kemajuan dalam lingkaran rahmatan lil-alamin, tapi kalau Islam sudah dikemas menjadi adonan yang bahan-bahannya dari luar Islam yang bukan untuk dikembangkan menjadi “Islam yang luas” (seperti istilah Hasjim Wahid), namun untuk dijadikan “kue lapis Islam” agar ketahuan yang mana Islam cokelat, kuning hitam dan biru kemudian dimakan dengan renyah, sehingga keutuhan Islam yang luas porak poranda. Dengan begitu, apakah mungkin itu yang dinamakan kehancuran Islam?Islam bukan pula ibarat binatang kutu di atas kepala yang dicari kera dalam rambut manusia kemudian dengan girangnya langsung ditelan bulat-bulat. Namun, Islam musti dicari dengan hati-hati, apabila diibaratkan dengan mengupas buah kelapa maka akan terlihat pada permulaannya serabut yang empuk, lalu batok yang keras kemudian buahnya. Setelah itu, airnya manis dan buahnya dapat dijadikan lagi minyak sebagai intisari dari buah kelapa. Tergantung bagaimana kita memanfaatkan dari buah kelapa itu apakah akan dimakan secara mentah-mentah ataupun dengan susah payah dapat dijadikan minyak dan bagian-bagiannya lagi dapat dimanfaaatkan sebagaimana mestinya. Mungkin itu gambaran kecil tentang ibarat pencarian Islam.Islam penuh dengan persyaratan sebagaimana dalam ijtihad yang mempunyai beberapa hal yang harus dipenuhi oleh seorang yang melakukan ijtihad. Seiring dengan permasalahan sosial dan agama yang semakin rumit, maka cara atau metodologinya pun banyak dikembangkan untuk mencari pemecahan solusinya.Dalam dunia pendidikan Islam dikenal pesantren dan perguruan tinggi, keduanya seringkali berinteraksi satu sama lain tentang pergumulan agama, sosial, politik bahkan teknologi baik dalam wacana maupun penelitian. Bahkan sekarang sudah ada pesantren yang bergandengan dengan perguruan tinggi ataupun pesantren yang menyelenggarakan perguruan tinggi. Itu pertanda perkembangan “perkawinan” perguruan tinggi dan pesantren di Indonesia sudah berjalan. Sehingga tidak menutup kemungkinan mahasiswa yang mempunyai kemampuan ganda antara agama “plus” pengetahuan umum bisa berkembang biak dengan baik. Selama ini, bila dilihat ke belakang, banyak ulama-ulama yang hanya lahir dari pendidikan pondok pesantren. Namun, tidak menutup kemungkinan ulama-ulama zaman sekarang banyak yang keluar dari “rahim” perguruan tinggi. Dengan demikian bila ijtihad masih dapat dilakukan, maka apakah mahasiswa yang sudah mempunyai pengetahuan agama “plus” pengetahuan umum akan mengimbangi untuk dimungkinkan mengeluarkan fatwa sebagaimana ulama-ulama terdahulu atau bahkan ijtihad, bahkan mungkin wajib hukumnya? Atau malah sebaliknya bila tidak, sesuai dengan salah satu tugas tri darma perguruan tinggi mahasiswa dapat mengembangkan melalui penelitian-penelitiannya hanya terbatas pada inovasi tanpa menghasilkan ijtihad yang baik dan hanya melakukan budaya ikut-ikutan terhadap pendahulunya.
Berkenalan Dengan “Islam” Awal Masuk Kuliah
Pada paruh awal tahun 2000 terlihat semangat yang tinggi untuk masuk suasana baru yang sebelumnya tidak pernah terduga dialami oleh para mahasiswa, termasuk mahasiswa STAIN, IAIN, UIN dan perguruan tinggi lainnya. Hal ini, terbukti betapa luasnya antusiasme kaum pelajar yang masuk perguruan tinggi dengan jumlah yang banyak dibandingkan dengan angkatan sebelum dan sesudahnya.Di sisi lain, angkatan wisuda kelulusan perguruan tinggi tidak lebih banyak dibanding ketika masa pendaftarannya. Bisa jadi sisa terbanyak yang belum lulus angkatan 2000 itu karena kekurangan biaya sehingga harus bekerja banting tulang untung membayar administrasi kuliah, perkawinan, perpindahan, sakit bahkan meninggal dunia. Oleh karena itu, mahasiswa yang lulus seyogyanya harus benar-benar bersyukur dan memanfaatkan penghargaan itu, karena selain memasuki tugas baru untuk mengabdi pada agama nusa dan bangsa ia dapat mengurangi beban yang diemban selama kuliah dan menerima tugas barunya setelah kuliah.Dari mulai pendaftaran sampai registrasi dijalani dengan sendiri tanpa didampingi atau di antar oleh siapapun. Dalam benak pikiran “apapun yang terjadi akan dihadapi dengan sabar dan bermodalkan keyakinan”.Sebelum hari-hari kuliah tiba pertama harus melakukan segala peraturan yang terdapat di kampus. Karena suasana itu masih terlalu asing, walau-pun hati sedikit gundah, kesal bila sesuatu telah menimpa diri dengan tidak masuk akal atau keluar dari aturan agama.Pada saat hendak melakukan registrasi tepatnya di depan posko Resimen Mahasiswa MENWA (IAIN), seseorang menghadang hendak memberikan sebuah selebaran yang berisikan tentang keberadan salah satu jurusan. Setelah di baca lagi, ternyata famplet itu mengandung kritikan terhadap jurusan yang akan dijalani. Dalam benak pikiran, sebenarnya ada masalah apa kok rasanya sedikit janggal jurusan sendiri di kritik? Ini membuat hati bertanya-tanya dan penasaran seakan ingin cepat-cepat masuk hari kuliah.Kemudian setelah menuju tempat registrasi di sebelah al-Jami’ah. Mulailah memberikan segala persyaratan dan petugas menyuruh mahasiswa untuk memberikan ijazah yang dilegalisir, dan persaratan lainnya. Karena masa kelulusan SLTA telah melewati dua tahun. Selain itu, petugas meminta surat kelakuan baik SKKB. Terpaksa waktu itu juga (kira-kira jam 02-an) setelah berdialog dengan petugas, dari Bandung pulang ke Bogor kemudian bolak-balik antara Bogor dan sekolah Aliyah di Menes Pandeglang.Setibanya di Bogor pulang ke rumah hendak membuat KTP di kantor kepala desa. Di sana memenuhi persyaratan membuat KTP. Namun, sayang kepala desa tidak ada di kantornya, terpaksa harus ditemui ke rumahnya. Sayang, Kepala Desa itu tidak ada di rumahnya, kemudian balik lagi ke kantor desa menemui Sekretaris Desa. Syukur, Sekdes itu mempunyai stempel desa dan ia langsung memberikan stempel dan tanda tangan. Setelah itu, lekas-lekas pergi dan minta izin untuk pergi ke Menes Pandeglang hendak melegalisir ijazah terbaru. Karena jalan raya jalur Bogor Rangkas Bitung sangat jelek dan akan memakan waktu cukup lama, maka diputuskan untuk jalan Jakarta melewati terminal Kali Deres Jakarta Barat. Karena terasa sedikit capek, dalam mobil banyak pedagang yang berjualan secara memaksa kepada calon pembeli yang konsumennya penumpang bus. Hal itu, tidak digubris karena cara berjualannya yang sifatnya memaksa dan bahasanya yang kasar tidak karuan (menyindir dan mengolok-olok), diputuskanlah untuk tidur sekedar menghilangkan capek.Di sekolah petugas yang masih ada anak Kepala Sekolah yang terkenal sangat galak apalagi kepada lelaki. Bahkan ia pernah ribut dengan anak-anak santri karena peristiwa pembakaran ijazah. Ia yang sudah bergelar Kiyai Haji pernah diancam oleh anak santri pada saat datang ke pesantren. Setelah itu meng-copy izasah sebanyak sepuluh sebagaimana yang diperintahkan Kiyai Haji. Tidak lama-lama dengannya, kemudian menuju rumahnya salah satu guru di Pandeglang. Ia meminta uang dan disuruh membeli rokok olehnya agar proses legalisir cepat selesai. Setelah itu, dengan membawa sebuluh buah legalisir yang diterima. Pulanglah ke pesantren dan menemui salah satu guruku dalam mengaji untuk meminta restu agar dalam perkuliahan nanti berjalan dengan baik dan diberikanlah nasihat-nasihat olehnya. Setelah pamitan kepadanya langsung menemui guru mengaji yang lain untuk “sungkem” meminta restu yang kedua kalinya. Dari Menes Pandeglang langsung berangkat ke Bandung untuk melanjutkan proses registrasi yang belum selesai. Setelah proses registrasi rampung dalam memenuhi persyaratan-persyaratan yang diberikan oleh panitia tinggal-lah menunggu hari-hari Ta’aruf yang diselenggarakan oleh mahasiswa-mahasiswa senior.Pada masa-masa Orientasi Penerimaan Mahasiswa Baru yang dalam istilah kampus IAIN dikenal dengan “Ta’aruf”. Selama sebulan, setiap hari bersama teman-teman baru untuk mengikutinya tidak jarang kegiatan itu melewati waktu Maghrib. Dalam mengikuti ta’aruf ketika hendak buang air kecil ke Watter Close (WC) di masjid dan keluar minta izin kepada panitia Co-card kepunyaan teman terbalik dan panitia di luar bertanya dengan menggertak. Mana Co-card-mu? tanya panitia. Teman men-jawab, ada! Kamu sudah minta izin belum keluar dari Aula ini? Tanya lagi panitia (Presma jurusan mu’amalah). Sudah, kata teman. Panitia itu terus bertanya seperti sengaja mempermaikan. Kepada siapa kamu minta izin? Tanya panitia. Teman menjawab, tuh! kepada orang yang duduk di dekat pintu (Presma jurusan Ahwal As-Syakhsiyah), jawab teman. Panitia itu sudah diduga sedang bersandiwara mempermainkan peserta. Kamu bohong! kata panitia, ia tidak mengizinkanmu tadi, ia (orang yang duduk di dekat pintu) bilang bahwa tidak mendapatkan orang yang hendak keluar Aula. Cepat kamu berdua ke WC dan balik lagi ke sini, kata panitia sambil marah-marah tidak karuan. Setelah pulang dari WC melaporlah ke panitia dan panitia itu menyuruh push-up sepuluh kali. Kemudian mereka menyuruh mendengar pidato, dan teman sebagai penceramahnya di jalan sebelah atas. Setelah itu masuk lagi dan berkumpul bersama teman-teman di atas Aula.Sewaktu mentoring jatah pembagian keompok kebetulan mendapat kelompok ke-73 yang diberi nama kelompok Abdul Qadir Jailani. Ketika berkumpul dengan kelompok mentoring di sebelah bawah Cape IAIN yang terdiri dari lima belas orang dengan dua pementor yang berasal dari Medan jurusan mu’amalah dan satu lagi dari jurusan kimia. Satu persatu ditanya oleh panitia mentoring (pementor) tentang pengertian agama Islam kemudian bagaimana rencana ke depan setelah lulus nanti dan sebagainya.Hati mulai lagi dibuat kesal bahkan gondok melihat kelakuan panitia ta’aruf yang memperlakukan mahasiswa baru (peserta) seperti yang kurang menjaga etika dan kemanusiaan. Karena pada saat acara perpisahan kegiatan ta’aruf panitia sudah melwati batas maghrib. Sambil berjalan-jalan menuju pulang ke tempat kost-an teman perbicangkan terfokus pada kekesalan terhadap kelakuan panitia.Sampai temanku memandang bahwa dalam fiqh kelakuan panitia itu sudah keluar dari jalur Islam dengan mengajak pada hal yang bathil dan layak untuk dibunuh serta mayatnya di buang ke laut. Dalam pikiran mungkin ia berpandangan dengan melihat pada pendapat ulama tentang seseorang yang sengaja meningglkan shalat fardhu.Sewaktu ta’aruf terkadang pulang ke rumah kakak di Sumedang atau ke kost-an teman yang sedang kuliah semester V jurusan geologi Universitas Padjadjaran (Unpad). Namun, kebanyakan pulang rumah kakak di Tanjung Sari Sumedang dengan menaiki mobil bus Damri walaupun sambil bergelantungan berdesak-desakan dengan penumpang lain pada pagi atau sore hari. Bersama seorang teman dari Tanjung Sari sering berangkat atau pulang berbarengan.Pada suatu saat pulang kuliah perdana di kelas, hati merasa senang seperti mimpi ada di kota provinsi ikut mengisi kampus negeri. Sewaktu dalam bus pemandangan indah terjadi ketika jalan berkelok di kawasan Jatiroke, seorang mahasiswi Unpad yang berparas cantik memandang, sedang teman mengejek saja sehingga mahasiswi itu bersikap acuh. Mahasiswa itu seperti orang yang elite, kost-annya saja indah dan megah ketika ia turun di perumahan Panorama. Teman menjelaskan kalau dalam bus kita ditanya kuliah di mana oleh mahasiswa lain lantas kita harus bilang apa? Teman itu seperti ada keraguan dan malu untuk menjelasan dan menyebutkan dari perguruan tinggi agama.Walaupun kita dari perguruan tinggi agama asal jangan ketinggalan dengan mahasiswa lain yang nota bene pengetahuan umum, biarkan saja. Sebab walaupun berasal dari Unpad atau ITB mungkin ia lebih hebat dari mahasiswa perguruan tinggi agama tentang ilmu pengetahuan yang digelutinya sedangkan, mahasiswa dari perguruan tinggi berbasis agama harus lebih paham tentang pengetahuan agama. Teman tertawa sambil berkata, begini! mengaku saja jurusan tekhnik -tekhnik agama Islam, karena dari PTAIN yang berbasis agama Islam, tapi kesan orang lain bahwa mahasiswa dari PTAIN pun ibadahnya jarang-jarang. Tapi, ada kalanya orang tahu tentang pengetahuan agama tapi memang sebagai agamawan tulen tidak -dalam artian pintar ibadah, ia hanya pintar dalam pengetahuan agama. Ada juga yang pintar ibadah tetapi kurang pengetahuan agama. Dengan begitu silahkan orang yang dari jurusan teknik perguruan tinggi umum nasional PTUN mengungguli mahasiswa yang berbasis agama dalam pengetahuan exact, tapi ia kurang paham tentang metode pengembangan agama melalui teori-teori sosial misalkan.
Budaya Cuwek Mahasiswa dan Keislaman
Terkadang dosen mempunyai karakteristik berbeda-beda, ada yang suka humoris ada yang ingin serius dan ada pula yang sensitif tidak ingin tersinggung oleh mahasiswa. Mereka akan marah apabila dalam pemberikan materi ada mahasiswanya yang bercakap-cakap. Namun, terkadang mahasiswa juga ingin kebebasan dalam proses pembelajarannya dan tidak ingin ada tekanan yang begitu berat sehingga menjadikan beban kepada mahasiswa dalam menerima materi kuliah. Tugas yang diberikan beberapa dosen terkadang menumpuk dari mulai makalah, resume terjemahan dan sebagainya. Biasanya tugas yang dianjurkan kebanyakan berupa makalah baik untuk mandiri atau pun kelompok. Untuk tugas kelompok biasanya mahasiswa perkelas dibagi ke dalam beberapa kelompok. Dosen akan memanggil “kosma” (wakil mahasiswa) kelas bersangkutan untuk membagi beberapa kelompok sesuai dengan tema materi yang hendak diberikan.Dalam metode ceramah, mahasiswa tinggal diam sambil mendengarkan ceramahan dosen di depan kelas atau keliling di antara bangku mahasiswa sambil menjelaskan materi perkuliahan. Setelah itu, memberikan kesempatan untuk mahasiswa apabila ada yang perlu dipertanyakan atau memberikan komentar.Bahkan tidak jarang dosen datang ke kelas menemui mahasiswa -sekedar memberikan tugas untuk membaca buku yang dianjurkannya setelah itu kembali lagi tanpa memberikan materi sedikit pun. Padahal belum tentu dosen tersebut telah tuntas membaca buku yang dianjurkannya. Lebih parah lagi apabila dosen hanya memberikan satu atau dua pertemuan dari enam belas kali pertemuan. Itu tentu saja akan membingungkan mahasiswa untuk menjawab pertanyaan apa yang diajukan oleh dosen.Sebenarnya seperti ada sedikit kesamaan antara SLTA dan perkuliahan dari segi materi dan metode pengajaran. Namun, yang dapat membedakan bahwa dalam perkuliahan mahasiswa diberikan kebebasan dalam memberikan kritikan-kritikan atau pun pendapat yang sesuai dengan keinginan mahasiswa. Walaupun demikian, ada juga dosen yang tetap kukuh kurang menerima pendapat mahasiswa apabila mengkritik atau berpendapat secara bebas.Terkadang juga ada dosen yang sangat ketat dalam memberikan ketentuan bagi mahasiswa dari segi penampilannya. Mahasiswa dilarang keras bila memakai kaus oblong tanpa ada krah di lehernya, bahkan dapat dikeluarkan dari kelas. Begitupun dengan sendal jepit akan sangat bermasalah bagi dosen yang sangat ketat dengan disiplinnya. Tapi, bagi dosen yang serba cuwek dengan penampilan ia akan membiarkan mahasiswa cuwek pula dalam penampilan, namun dalam salah satu penilaiannya misalkan, mahasiswa dituntut aktif dalam berbicara terutama dari segi berdiskusi.Namun, bila dilihat penampilan seseorang pelajar dari Indonesia yang belajar ke Amerika kemudian mengenal budaya pelajar di sana -Amerika yang membebaskan penampilan tetapi dari segi keilmuan ia tidak boleh ketinggalan. Seketika pulang dari luar negeri dan menjadi dosen di Indonesia ia menerapkan gaya Amerika dengan pakaian cuek tanpa ada beban dari peraturan penampilan, apakah budaya seperti itu harus menunggu seorang pelajar Indonesia ke Amerika terlebih dahulu? Padahal kalau saja memang membantu bagi mahasiswa dalam perkembangannya kenapa tidak di mulai dari sekarang saja mahasiswa diberikan kebebasan untuk mengekspresikan dirinya dalam penampilan tanpa menunggu harus ke Amerika terlebih dahulu?Memang terdengar ada beberapa perguruan tinggi umum ataupun agama yang menerapkan budaya demikian. Mahasiswa bebas mengekpresikan penampilan dirinya, ia boleh memilih penampilan seperti koboy ataupun berandalan bahkan seperti artis pun dipersilahkan asalkan mahasiswa dapat menangkap materi kuliah dengan baik.Ketika bermain-main ke salah satu perguruan tinggi terfavorite ditemukan seseorang yang berpakaian seperti gelandangan, rambut yang sangat kusut, pakaian cokelat dengan banyak jaitan kemudian celana rombeng dan setelah diperhatikan ia membawa tas yang di jinjing. Ia masuk ke kampus terfavorit dan masuk ke dalam kelas. Tidak disangka ternyata ia adalah mahasiswa jurusan Teknik Informatika di salah satu perguruan tinggi terfavorite di Bandung. Dalam benak pikiran, kalau saja seperti itu keadannnya, maka mungkin saja gelandangan bila saja tahu, ia tidak sungkan-sungkan belajar ikut bersamanya memasuki kampus.Terkadang dalam perguruan tinggi favorite terlihat mahasiswanya yang sedang belajar sembari duduk memanjangkan kakinya ke depan bangku bertumpang tindih dengan kaki temannya sedangkan dosennya memakai topi seperti coboy. Mungkinkah di kampus tersebut sudah diterapkan gaya bebas? Ketika bermain ke kampus yang tidak kalah favoritenya di jalan terlihat mahasiswi cantik, pakainnya sangat ketat, kulit paha kakinya sebagian kelihatan putihnya, ia memakai topi cokelat lebar berhiaskan kembang-kembang berwarna merah seperti yang sering dilihat melalui TV dipakai turis di pinggir pantai. Sambil berjalan-jalan mahasiswi itu dari atas kawasan kampus menuju jalan raya ia berbincang dengan temannya yang memakai jilbab ana pakaian rapi. Hati bertanya-tanya sambil menumpangi motor teman menuju kelas fakultas peternakan (Fapet), di kampus ini kayanya sudah multikultur ya? Karena ada budaya Timur dan Amerika Latin sedang berjalan.Di kelas sempat aku berpikir, bagaimana jika kampus IAIN bisa seperti itu -multi-kultur? Tapi, aku berpikir mungkin perempuannya yang tidak diperkenankan membuka kerudung. Sebab di kampus IAIN sangat dianjurkan bahakan diwajibkan memakai jilbab dan berpakaian rapi. Tapi, aku mendengar sekarang IAIN Jakarta sedang heboh dengan kasus mahasiswa bernama Muqri Aji jurusan akidah filsafat yang membebaskan mahasiswa IAIN diberikan kebebasan boleh membuka kerudung. Bahkan sebagaian mahasiswanya menggelar spanduk bergambar wanita yang bertelanjang di depan kampusnya. Kemudian Muqri Aji pada suatu kesempatan acara seminar membuat gebrakan setelah peserta diam. Ia mungkin merasa kecewa dengan seminar dialog tersebut dan dengan berdiri menyatakan, “bahwa saya yang bernama Muqri Aji jurusan akidah filsafat fakultas ushuludin IAIN Jakarta pada hari ini menyatakan keluar dari Islam”. Sangat berani sekali Muqri Aji menyatakan demikian. Saya berpikir ini gara-gara budaya busana saja dapat menimbulkan keluar Islam. Pagi hari aku membaca Koran kompas bahwa presiden Amerika George W. Bush hendak berkunjung ke korea selatan guna mengikuti konfrensi tentang bahaya nuklir di korea utara. Para mahasiswa menentang dengan keras keputusan presiden amerika itu. orang-orang mahasiswa yang anti Bush menggelar aksi demonstrasi di depan kampus mereka dengan membuat gambar bush dan dipasang di lantai pintu gerbang kampus mereka agar gambar muka Bush terinjak oleh setiap mahasiswa yang hendak pulang atau masuk ke kampus mereka. Saya melihat para demonstran sangat rapi sekali dalam berbusana dengan jaket yang berwarna cokelat dan hitam. Terkadang saya memperhatikan di media masa mahasiswa-mahasiswa luar negeri seperti jepang, cina atau korea sangat reatif dalam berbusana. Pada saat ada kasus virus antrak dan kebijakan tentang perusahaan-perusahaan yang mempunyai asap tebal di kota cina kemudian para mahasiswa cina mengenakan pakaian yang menyerupai masker yang terbuat dari plastik. Kemudian saya membaca lagi tentang kebijakan yang dikeluarkan pemerintah korea untuk melelang perusahaan media masa Koran, para mahasiswa itu mengenakan baju dari Koran. Dari contoh-contoh di atas, hampir pada setiap kasus itu banyak yang berpulangkan pada ekspresi (mahasiswa) pada busana terutama pakaian. Busana seperti gambaran tentang budaya seseorang. Aku pikir bagaimana kalau orang suku Eskimo, Badui atau Asmat ingin masuk kampus mengikuti kuliah? Mungkin kah multikultur itu bisa berjalan dengan lancar terlebih di kampus yang berbasis Islam? Padahal mungkin orang Badui ingin kuliah dengan berpakaian serba hitam dan ikat kain di kepala dengan memakai golok dipinggang atau suku asmat dengan kemaluannya yang hanya diselubungi oleh kayu atau bambu saja.Mungkinkah mutikultur itu diterapkan di IAIN? Konon IAIN seperti budaya santri sebagaimana yang kubaca di selebaran para mahasiswa yang demonstrasi di kampus. Tapi, mahasiswa jarang yang kelihatan memakai kain sarung, hanya ada satu orang saja yang kulihat dari fakutas Adab memakai busana kain sarung ketika kuliah, atau yang senang dengan pakaian seperti sunan dengan pakaian serba putih jurusan KPI. Sedangkan di fakultas syari’ah mahasiswa yang memakai sendal jepit dikeluarkan.Sepertinya IAIN tidak menyerap budaya luar dan tidak menerima budaya dalam. Ia mengambang dalam budaya sistem yang terkungkung dalam ajaran yang tidak jelas entah dari Timur atau dari Barat. Tergantung budaya yang disuruh masing-masing dosen. Ada yang ujian disuruh memakai jas almamater dan ada yang ujian memakai kaus oblong saja. Tergantung budaya menurut masing-masing dosen fakultas.
Simbol Identitas Manusia Shalih?
Seorang mahasiswa datang ke rumah dosennya mengadukan curahatan hati (curhat) kemudian ia hendak shalat isya, selesai adzan berkumandang, sebelum shalat isya ia melakukan shalat sunnat dengan memakai peci hitam kebiru-biruan yang berbentuk seperti payudara bertete hitam.Di masjid para jamaah hendak mengadakan acara pengajian akbar, mereka sudah saling kenal satu sama lainnya. Mahasiswa spontan menjadi objek pandangan jamaah yang sedang berduduk sila menunggu sang imam masjid tiba karena si mahasiswa tidak begitu dikenal dan dianggap orang asing.Tanpa terkecuali dosen-pun menatap ke arah mahasiswa itu dan menjawab pertanyaan jama’ah lainnya yang ada di sekitar masjid, “ohh.. itu adalah mahasiswa saya” kata dosen.Selesai shalat kemudian berbincang-bincang dengan dosen, pada akhirnya mahasiswa itu meminta bantuan agar dosen itu menandatangani perjanjian bahwa ia bersedia menjadi dosen pembimbingnya untuk tugas Kuliah Kerja Lapangan (KKL).Dengan melihat peci yang terpakai di kepala dosen itu mengatakan dalam bentuk pujian “saya tahu kamu adalah anak pintar dan shalih, apa yang engkau mau silahkan ajukan dan saya tidak keberatan untuk membantu?”Sebagaimana yang diharapkan si mahasiswa semula, tujuannya pun lancar dan mulus. Semula tujuan mahasiswa itu adalah meminta persetujuan dari dosen yang secara akademis tidak dibenarkan karena mahasiswa itu seharusnya mengulang karena kertas KRS tidak diisi dan semestinya harus memohon persetujuan terlebih dahulu dari pihak fakultas. Namun, karena perilaku mahasiswa itu yang sopan dan baik dengan simbol peci di kepala dan bahasa yang sopan santun layaknya seorang yang bermoral tinggi dan agamais telah memecahkan hambatan akademis. Karena biasanya bila mengacu kepada ketentuan akademis kemanusiawian itu tidak berlaku di perguruan tinggi yang terpenting mematuhi peraturan dengan system yang berlaku di perguruan tinggi tertentu.Bahkan dosen yang sekaligus sekretaris jurusan itu-pun memberikan kesempatan untuk mahasiswa untuk me-rekafitulasi nilai-nilai yang belum rampung untuk diperbaiki malam itu juga dari semua nilai yang disajikan. Tapi, sayang mata kuliah semester akhir-nya belum tuntas dan dua minggu lagi baru akan dilaksanakan Ujian Akhir Semester (UAS), semester tujuh.Tidak lama kemudian dengan jarak satu minggu dosen sekaligus sekretaris jurusan itu diganti dengan sekretaris yang baru dan mahasiswa itu sudah tidak bisa lagi melakukan perbaikan nilai sebagaimana yang diharapkan pada malam minggu-minggu kemarin.Bahkan pergantian sudah diadakan untuk kedua kalinya. Tibalah sekretaris jurusan baru yang konon kata teman-teman mahasiswa yang lain, sekretaris baru itu berdisiplin tinggi, si mahasiswa berpikir benarkah? Sekretaris baru itu adalah mantan petugas biro skripsi yang kerap kali sering menerima uang (sogok) dari mahasiswa untuk diloloskan dalam seminar kelulusan judul. Namun, setelah jadi sekretaris baru jurusan tingkah laku dan ucapannya seperti orang yang shalih saja dan kelihatan seperti sangat disipliner. Ketika seseorang mahasiswa yang hendak memberikan amplop berisikan uang untuk keluluasan judul ditolak sekretaris dan berkata “saya tidak mau menerimanya dan lebih baik berikan saja kepada orang yang membutuhkan”. Maklum baru jadi sekretaris baru biasanya orang yang dapat jabatan baru agak bertingkah di depan umum agar kelihatannya seperti orang yang terpuji, pikir mahasiswa.Seseorang mahasiswa yang baru sembuh dari sakit datang dan meminta dispensasi dalam belajar untuk mengulang nilainya yang belum keluar, kemudian dosen itu-pun yang jadi sekretaris baru bersikap tidak mau tahu dengan alasan yang diberikan mahasiswa walaupun alasan itu berbentuk sakit karena sesuai prosedur bahwa mahasiswa yang kurang nilainya harus mengulang kembali pada semester berikutnya. Padahal mahasiswa itu telah memberikan bukti surat dari dokter bahwa ia tidak bisa mengikuti kuliah dengan rutin dan harus berobat rutin selama enam bulan penuh karena sakit berat.Tapi, pada kenyatannya sekjur baru itu malah seperti enggan mengeluarkan keputusan yang mengandung resiko untuk mahasiswa, entah karena ia tidak ingin ketinggalan jabatannya atau apa-lah dikata?Yang jelas sekjur baru itu seperti orang yang benar-benar suci dan disipliner. Padahal di sisi lain, si mahasiswa memberikan alasan selain sakit -ia juga memberikan alasan menyangkut keadaannya seperti penghidupan keluarganya yang pas-pasan dan kedua orang tuanya yang sudah lama meninggal, tanggung jawab terhadap adiknya. Sementara untuk menanggung biaya hidup ia harus mencari uang dengan kerja keras asalkan halal, itupun harus dibagi dengan adiknya agar bisa kuliah. Sementara mahasiswa itu harus bisa hidup dalam keadaan pas-pasan.Dosen-pun tak menggubrisnya bahkan ia bilang “siapa yang salah?” “itu kan salah kamu selalu menggampangkan terhadap persoalan kuliah sih..”.Usaha mahasiswa yang benar-benar jujur itu kandas dalam memberikan penjelasan dari alasan-alasannya untuk meminta dispensasi dan keinginan didengarkan dalam curhatan terhadap dosen sekaligus sekjur baru itu tidak sedikitpun ada alasan yang ditanggapinya dengan baik.Mahasiswa itu berpikir mungkin saja dunia ini sudah terbalik, di saat kejujuran dan ketulusan itu sudah tidak lagi didengarkan apalagi ditegakkan. Namun, paling tidak simbol telah memenangkan rintangan masa depan yang penuh kekajaman para akademisi yang dilematis. Wallahu’alam bishawab.